Connect with us

Movie & TV

“Penjagal Iblis: Dosa Turunan”, Film Duel Intens Satine Zaneta & Niken Anjani

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta — Sukses dengan film panjang debutnya yang meraih predikat blockbuster, sutradara Tommy Dewo kembali dengan film horor yang menyegarkan berbalut aksi “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” dari rumah produksi Screenplay Films, bekerja sama dengan Rapi Films dan IFI Sinema. 

Film akan menyajikan aksi duel yang intens Satine Zaneta dengan Niken Anjani, sebagai sesama keturunan iblis yang memiliki misi masing-masing. Selain itu, menjadi penjelajahan baru dalam genre horor Indonesia dengan balutan aksi serta latar belakang dunia supranatural yang penuh teka-teki misteri dan menyeret nasib umat manusia ke dalam pertempuran para keturunan iblis. 

Selain dibintangi Satine Zaneta dan Niken Anjani, juga dibintangi oleh aktor Pemenang 2 Piala Citra FFI Marthino Lio, Naomi Christy, Kiki Narendra, Gusty Pratama, Eduwart Manalu, dan aktor senior Budi Ros. Wicky V. Olindo menjadi produser film ini, dengan Sunil G. Samtani, Sunar Samtani, dan Adi Sumarjono menjadi produser eksekutif.

“Penjagal Iblis: Dosa Turunan” dibuka dengan adegan tragis ketika satu keluarga dibunuh secara brutal saat seorang ustaz sedang meruqyah anak mereka yang kerasukan. Satu-satunya yang selamat adalah ustaz yang melakukan ruqyah tersebut. Pelaku pembunuhan keluarga itu adalah Ningrum (Satine Zaneta), gadis 19 tahun yang ditahan di rumah sakit jiwa karena diduga delusial.

Seorang wartawan bernama Daru (Marthino Lio), mendapatkan tugas untuk meliput kasus tersebut. Saat wawancara, Ningrum mengaku ia adalah seorang Penjagal Iblis yang masuk ke dunia, dan keluarga tersebut adalah para Iblis yang digunakan Pakunjara (Niken Anjani), untuk membangkitkan kembali Eyang Guru dari sekte Pemuja Iblis.

Pertempuran antara Ningrum, sang Penjagal Iblis dan Pakunjara, sang Pemuja Iblis tak terelakkan lagi. Daru yang terperangkap di tengah situasi itu, tak punya pilihan lain selain membantu Ningrum menghadapi Pakunjara dan Iblis yang akan ia bangkitkan.

“Screenplay Films selalu berkomitmen untuk melahirkan karya yang inovatif. Melalui film “Penjagal Iblis: Dosa Turunan”, kami ingin menghadirkan karya horor yang fresh, melalui pendekatan dunia supranatural yang bersinggungan dengan nasib umat manusia, dan aksi duel intens yang akan memberikan pengalamanmenonton penuh ketegangan. Tommy Dewo berhasil membawa horor Indonesia ke level yang berbeda dan menawarkan sesuatu yang baru dan masih jarang dijelajahi,” kata produser “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” Wicky V. Olindo dari Screenplay Films.

Sementara Sutradara Tommy Dewo mengatakan dalam pengembangan konsepnya, ia banyak terinspirasi dengan dunia anime yang mengeksplorasi kekuatan di luar kehidupan manusia, namun memiliki akibat yang dapat membuat keberlangsungan umat manusia terancam. Hal itu ia hadirkan lewat peran Ningrum yang berhadapan dengan Pakunjara.

“Film “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” akan memberikan penonton sebuah pengalaman sinematik yang belum pernah ditemukan dalam horor Indonesia. Ketika duel yang sangat intens antara dua kekuatan di luar dunia manusia turut berdampak pada kehidupan manusia. Ningrum memercayai ia adalah sosok Penjagal Iblis yang mencegah Pakunjara, Pemuja Iblis yang memiliki misi untuk membangkitkan Eyang

Guru, dengan cara mengambil jantung dari para pemuka agama. Kehadiran Daru, sebagai wartawan yang berada di tengah misi mengungkap kasus pembunuhan berantai itu, juga akan memberikan rasa penasaran penonton untuk mengungkap misteri teka-teki yang sebenarnya terjadi,” papar sutradara “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” Tommy Dewo.

“Penjagal Iblis: Dosa Turunan” akan memperkenalkan pendekatan baru Tommy Dewo yang menyatukan dunia mistis dan pertarungan fisik dalam satu semesta yang brutal dan atmosferik. Film ini bukan hanya membangun atmosfer, tapi juga memicu adrenalin. Iblis tidak hanya hadir dalam bayangan, tapi dalam pertarungan. Setiap kematian memiliki pola, setiap ritual memiliki tujuan.

Tonton film horor-aksi “Penjagal Iblis: Dosa Turunan” untuk mengungkap misteri dibaliknya, tayang mulai 30 April 2025 di bioskop Indonesia! 

Movie & TV

Lembaga Sensor Film Ajak Mahasiswa UNAS Jakarta Lakukan Sensor Mandiri

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Komitmen Lembaga Sensor Film atau LSF untuk menggaungkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GN BSM) yakni gerakan memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia terus digenjot terutama pada kalangan mahasiswa melalui kampanye LSF Goes to Campus.

Terbaru, kampus Universitas Nasional Jakarta (UNAS) menjadi tujuan sosialiasi GN BSM. Di depan lebih kurang 1.200 mahasiswa baru,  Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, M.E mengatakan menyampaikan LSF untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang saat ini sedang mengalami kenaikan produksi film secara signifikan.

“LSF berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang ada di masyarakat. LSF juga konsisten melakukan sosialisasi tentang penggolongan usia yang dapat dijadikan panduan bagi penton film untuk memilih film yang akan ditonton sehingga menjadi tontonan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF RI, Titin Setiawati, S.IP, M.IKom menyatakan masyarakat selayaknya mengetahui penggolongan usia sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih film yang akan ditonton.

“Penggolongan usia film adalah hal yang harus diketahui oleh masyarakat untuk dijadikan panduan dalam menentukan film yang akan ditonton. Dengan mengikuti penggolongan usia yang telah ditetapkan oleh LSF, film yang akan ditonton akan menjadi film yang sesuai dengan penonton dan memiliki kontribusi positif sesuai dengan tingkat kedewasaan penonton,” terang mantan wartawan infotainmen ini.

Dalam LSF Goes to Campus tersebut hadir pula penulis scenario film Jangan Panggil Mama Kafir, Lina Nurmalina, sutradara film Yakin Nikah, Pritagita, pelakon Tubagus Ali dan Ben Jeffye serta pedangdut, Hari Putra. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Continue Reading

Movie & TV

Jakarta Film Week 2025 Resmi Dibuka: Membakar Semangat Sinema Lewat Tema “REIGNITE”

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Festival film tahunan berskala internasional, Jakarta Film Week (JFW) 2025, resmi diluncurkan dalam konferensi pers di CGV FX Sudirman, Jakarta. Memasuki tahun kelima penyelenggaraan, Jakarta Film Week membawa tema “REIGNITE”—sebuah ajakan untuk menyalakan kembali semangat, kreativitas, dan kolaborasi dalam dunia sinema Indonesia yang tengah bertumbuh pesat.

Direktur Festival, Rina Damayanti, menjelaskan bahwa tema REIGNITE menjadi refleksi dari komitmen Jakarta Film Week dalam menciptakan ruang temu antara film, penonton, dan pelaku industri. Festival ini diharapkan menjadi katalis lahirnya karya-karya baru, ide-ide segar, dan jembatan kolaborasi internasional.

“Jakarta Film Week berkomitmen terus menyalakan kreativitas lewat talenta muda, membawa cerita-cerita baru dengan perspektif segar, serta membuka peluang untuk tumbuh di panggung global,” ujar Rina.

Dari Jakarta ke Dunia: Perkembangan Signifikan dalam Lima Tahun

Sejak pertama kali digelar pada 2021, JFW mencatat pertumbuhan signifikan:

Jumlah film meningkat hampir 55%

Negara asal film bertambah

Jumlah penonton melonjak lebih dari 250%, mencapai lebih dari 170.000 pada tahun 2024 (daring & luring).
Tahun ini, JFW memperkuat posisinya sebagai festival film internasional dengan dukungan berbagai institusi, termasuk Kementerian Kebudayaan RI melalui Program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya.

Film Pembuka dan Penutup: Kolaborasi Internasional dan Premiere Nasional

Festival akan dibuka oleh film “The Fox King” (2025), karya sutradara asal Malaysia Woo Ming Jin, dibintangi aktris Indonesia Dian Sastrowardoyo. Film ini sebelumnya tayang perdana di Toronto International Film Festival (TIFF) dan merupakan kolaborasi produksi Malaysia–Indonesia, dengan produser Indonesia Yulia Evina Bhara.

Penutupan festival akan menghadirkan film Indonesia terbaru, “Dopamine” karya Teddy Suryatmaja, yang dibintangi Shenina Cinnamon dan Angga Yunanda. Film ini akan tayang perdana secara eksklusif di Jakarta Film Week.

Ragam Program Kompetisi dan Non-Kompetisi

Jakarta Film Week 2025 menyuguhkan beragam kategori kompetisi:

Global Feature (film panjang internasional)

Global Short (film pendek internasional)

Global Animation

Direction Award (film panjang Indonesia)

Jakarta Film Fund (kompetisi ide cerita, pendanaan, dan produksi film pendek)

Tahun ini, Jakarta Film Fund merilis tiga film pendek karya sineas muda Jakarta:

Amelia, Amelia – Daphne (Rekata Studio)

Duka Cita – Fritz Widjaja (Turu Tangi Studio)

Salon Gue Aje – Tahlia Salima Motik (Illusory Films & Benteng Air Production)


Selain itu, berbagai program non-kompetisi seperti Emergency Broadcast, Herstory, Fantasea, Classique, serta kolaborasi tematik dengan festival dan lembaga internasional ikut memperkaya sajian film. Program spesial lainnya termasuk Refleksi 20 Tahun Reza Rahadian dan program anak Fun Cican.

Afrika Hadir untuk Pertama Kalinya

Manager Program Jakarta Film Week, Novi Hanabi, mengungkapkan bahwa tahun ini festival mencatat pencapaian baru dengan hadirnya film-film dari benua Afrika untuk pertama kalinya.

“Kami melihat minat yang tinggi terhadap film animasi, genre, dan karya yang ramah keluarga. Ini menjadi bagian dari upaya kami mewujudkan festival yang inklusif dan mudah diakses oleh publik luas,” jelas Novi.


JFWNET–Industry Program: Jembatan Talenta Lokal ke Dunia

Sebagai bagian dari program paralel, JFWNET–Industry Program kembali hadir dengan dukungan MTN Seni Budaya. Fokus utamanya adalah memperkuat kapasitas talenta film nasional, memperluas jejaring profesional, dan mendorong kolaborasi lintas negara.

Program industri ini mencakup:

Producers Lab

Pitching Forum

MTN Lab

Masterclass (Directing & Music Scoring)

Producers Network

Industry Talks (tema: Co-production, Film Festival, Film Genre)

Festival Meeting

Talents Hub – forum bagi emerging filmmakers Indonesia dan mancanegara.
Ahmad Mahendra, Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI menyatakan bahwa program ini selaras dengan strategi nasional dalam membangun ekosistem seni budaya yang berkelanjutan.

Claresta Taufan Didaulat sebagai Festival Ambassador

Aktris muda Claresta Taufan resmi diumumkan sebagai Festival Ambassador Jakarta Film Week 2025. Setelah mencuri perhatian lewat film Ronggeng Kematian dan Badarawuhi di Desa Penari, Claresta tahun ini juga membintangi film Maryam: Janji dan Jiwa yang Terikat serta Pangku, film debut Reza Rahadian yang berkompetisi di Busan International Film Festival (BIFF) 2025.

Claresta baru saja meraih penghargaan Rising Star Award dari Marie Claire Asia Star Award di BIFF 2025.

“Aku sangat menantikan Jakarta Film Week 2025. Ini festival yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pecinta film dan pelaku industri,” ujar Claresta antusias.


Jadwal & Lokasi Penyelenggaraan

🗓 Tanggal: 22–26 Oktober 2025
📍 Lokasi:

CGV Grand Indonesia

CGV FX Sudirman

Taman Ismail Marzuki

Hotel Mercure Cikini

Galeri Indonesia Kaya
💻 Tayangan Daring: Platform VIDIO


🎟 Tiket tersedia mulai 13 Oktober 2025 di TIX.ID atau secara langsung (on-the-spot)

📲 Informasi lengkap:
Website: www.jakartafilmweek.com
Instagram: @jakartafilmweek

Jakarta Film Week 2025 bukan sekadar festival, tetapi momen selebrasi sinema Indonesia yang kian mendunia.

Continue Reading

Movie & TV

Disutradarai Reza Rahadian, Film Pangku Borong 4 Penghargaan di Busan International Film Festival 2025

Published

on

FEM Indonesia, Busan – Kabar membanggakan datang dari dunia perfilman Indonesia. Film berjudul Pangku, debut penyutradaraan aktor ternama Reza Rahadian, sukses meraih empat penghargaan bergengsi sekaligus di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2025, Korea Selatan.

Empat penghargaan yang telah diraih film Pangku adalah, KB Vision Audience Award (KB 비전 관객상), FIPRESCI Award (국제영화비평가연맹상), Bishkek International Film Festival – Central Asia Cinema Award (비슈케크국제영화제중앙아시아영화상) dan Face of the Future Award (차세대영화인상)

Dalam pidato kemenangannya di Busan, Reza Rahadian menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya.

“Dari hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima kasih kepada Busan International Film Festival 2025 dan semua pihak yang terlibat atas rekognisi ini. Pangku lahir dari kerja bersama, karya kolaboratif para pemain dan kru sejak praproduksi hingga saat ini,” ujarnya.

Reza juga berharap film ini dapat memberi makna lebih bagi penonton. “Semoga film ini terus hidup di hati dan memberi inspirasi dari kisah seorang perempuan yang menghidupi hidup dengan sederhana untuk kebahagiaannya, keluarga, dan sekitarnya,” tambahnya.

Prestasi Internasional Sejak Tahap Pengembangan

Pangku berkompetisi di program Vision Asia, sekaligus melakukan world premiere di BIFF 2025. KB Vision Award diberikan berdasarkan pilihan penonton, sementara FIPRESCI Award merupakan apresiasi dari Federasi Kritikus Film Internasional untuk karya dengan keunggulan artistik dan inovatif.

Selain itu, Bishkek International Film Festival memberikan penghargaan khusus untuk film Asia bekerja sama dengan BIFF, sedangkan Face of the Future Award didukung oleh perusahaan kreatif asal Thailand, Alternative Universe Co., Ltd.

Sebelumnya, Pangku sudah menorehkan prestasi di berbagai ajang pengembangan film internasional, mulai dari White Light Post-Production Award di JAFF Future Project (2024), terpilih di Hong Kong – Asia Film Financing Forum (HAF23), hingga masuk program HAF Goes to Cannes di Marché du Film, Cannes Film Festival 2025.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending