Connect with us

Movie & TV

Sukses 1 Tahun di Pasar Lokal, WeTV Rayakan Bersama Selebritis Indonesia & Artis Tiongkok

Published

on

FEM Indonesia – Platform streaming video WeTV yang merupakan bagian dari raksasa teknologi Tencent Video, semakin mengukuhkan posisinya di pasar Over The Top (OTT) Indonesia dan Asia Tenggara.

Diluncurkan pertama kali pada 2019, WeTV telah mewarnai tontonan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan negara-neagar Asia Tenggara lainnya. Selain itu, konten-kontennya juga dapat diakses oleh penonton secara global.

Vice President Tencent Online Video Jeff Han mengatakan bahwa sebagian dari Tencent Video, WeTV telah menjadi platform Top of Mind untuk konten Mandarin di Indonesia dan menjadi OTT yang terus tumbuh di kawasan Asia Tenggara. 

“Karena itu, WeTV memiliki komitmen yang kuat dengan mengutamakan selera pengguna terhadap konten dengan kualitas tinggi,” kata Jeff Han, di Raflesh Hotel Jakarta, Jum’at (29/9/2023).

Sejak kehadirannya, tambah Jeff, WeTV konsisten menyajikan konten-konten berkualitas dengan mengutamakan orisinalitas konten yang dikenal dengan WeTV Original Series. “Dalam beberapa tahun terakhir, sebanyak 56 judul WeTV Original Series telah diproduksi untuk meramaikan pasar konten hiburan di Asia Tenggara. Berbagai strategi dan inovasi ini menempatkan WeTV berada di peringkat ke-3 untuk platform OTT di Asia Tenggara pada 2022 berdasarkan jumlah pengunduh,” jelasnya.

Sementara Head of WeTV Kaichen Li mengatakan, WeTV mengutamakan peningkatan kualitas produksi, meningkatkan standar untuk konten yang baik, dan inovasi. Hal ini dilakukan dalam rangka mengakomodasi selera pelanggan. WeTV berkomitmen menjadi OTT dan berinvestasi jangka panjang di Indonesia. “Dengan menghadirkan konten-konten Mandarin dan WeTV Original Series telah membawa WeTV mampu bersaing di industri yang sangat kompetitif, baik di Asia Tenggara dan Indonesia,” jelas Kaichen Li.

Empat tahun meramaikan pasar OTT, WeTV berhasil menciptakan tren dan mengubah lanskap industri di pasar Asia Tenggara. Di Indonesia, WeTV telah menjadi yang terdepan, tidak hanya sebagai platform teratas untuk konten Mandarin, tetapi juga untuk hiburan Asia premium lainnya seperti konten Korea, Thailand dan Jepang untuk audiens Indonesia.

Country Head WeTV Lesley Simpson, mengatakan kehadiran WeTV di Indonesia tidak sekedar menyajikan konten hiburan, tapi juga investasi, alih teknologi dan terutama penciptaan lapangan kerja. 

“Selama kehadiran di Indonesia, WeTV bangga telah menjadi destinasi para penggemar series Tiongkok populer yang digemari penonton di Indonesia. Tak hanya itu, di Indonesia WeTV juga meramaikan industri konten lokal dengan memproduksi WeTV Original yang melibatkan sumber daya lokal Indonesia. Selama pandemi Covid-19 kemarin, WeTV justru paling aktif memproduksi WeTV Original series yang membuat roda industri tetap berputar di saat bioskop- bioskop tutup, dan para kru produksi tetap bekerja,” papar Lesley.

Untuk menghasilkan konten yang memukau, WeTV terlibat dalam setiap detail aspek produksi. “Kami memastikan setiap konten yang disajikan kepada penonton diproduksi dengan perencanaan yang matang. Bahkan kami melakukan penelitian mendalam, analisis dan mengoptimalkan teknologi informasi untuk memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. Salah satunya adalah inovasi flying comment / komentar bareng yang ternyata sangat digemari oleh penonton di Indonesia,” jelas Lesley Simpson.

Seperti diketahui, WeTV telah memproduksi sejumlah serial original yang menjadi perbincangan publik dan viral di media sosial seperti My Lecturer My Husband, Imperfect: The Series, Little Mom, Antares, Layangan Putus hingga Kupu Malam. Selain itu terdapat pula judul-judul serial Tiongkok yang menjadi favorit penonton Indonesia seperti The Love You Give Me, Once We Get Married, Who Rules The World, Here We Meet Again, Have a Crush on You, You Are My Glory dan banyak judul lainnya. 

Sejumlah judul juga tersedia dalam pilihan audio bahasa Indonesia. Di luar drama Tiongkok, WeTV menyajikan beragam genre tontonan lain berupa variety show seperti Love Signal 1-6, The Fairy Tales, Chuang 2018-2021, HaHaHaHaHa 1-3, Go Fridge dan banyak lainnya serta serial animasi Tiongkok seperti Soul Land, Perfect World, Fights Break Sphere, Throne of Seal dan banyak lagi.

Merayakan berbagai pencapaian tersebut, WeTV menggelar WeTV Always More 2024 1st Inaugural Content Show di Jakarta pada 29 September 2024, lalu. Gelaran yang pertama kali diselenggarakan ini menghadirkan bintang-bintang populer seperti Prilly Latuconsina, Luna Maya, Natasha Wilona, Angga Yunanda, Stefan William, Syifa Hadju, Haico Van Der Veken serta artis populer Tiongkok Xing Fei dan Xing Zhaolin.

Melalui ajang ini, WeTV Indonesia juga mengumumkan deretan judul-judul WeTV Original Series yang siap menemani masyarakat di tahun depan. WeTV akan menghadirkan serial dari berbagai genre yang siap menghibur, baik drama rumah tangga, komedi romantis hingga adaptasi variety show Tiongkok.

Kuliner

Chef Juna dan Fine Tastes Hadirkan Keajaiban Cengkeh Manado di Film “A (C)love Story” dan Menu Eksklusif

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Sebuah kolaborasi unik antara dunia kuliner dan sinematografi resmi hadir lewat film pendek berdurasi lima menit berjudul “A (C)love Story”, yang mengangkat pesona cengkeh Manado sebagai rempah istimewa kebanggaan Indonesia.

Film ini merupakan persembahan dari A Fusion of Fine Tastes dan Mata Karanjang bekerja sama dengan Gastronusa, yang menampilkan narasi puitis, visual sinematik, serta dialog inspiratif dari dua chef ternama Chef Juna Rorimpandey dan Chef Jovan Koraag-Kambey. Keduanya membagikan kisah personal, sejarah, serta perjalanan panjang cengkeh Manado hingga menjadi elemen penting dalam karya kuliner modern mereka.

“A (C)love Story” dapat disaksikan secara eksklusif melalui kanal YouTube dan Instagram resmi Gastronusa, memberikan pengalaman audio-visual yang hangat dan mengundang rasa bangga terhadap kekayaan rempah Indonesia.

Dari Layar ke Meja: Menu Eksklusif Bertema Cengkeh

Tidak hanya menonton, publik juga diajak untuk mencicipi langsung pengalaman kuliner bertema cengkeh di restoran Mata Karanjang, yang berlokasi di Wijaya dan WTC Sudirman.

Selama Oktober hingga November 2025, restoran ini menyajikan deretan hidangan spesial yang terinspirasi dari film, seperti: Wagyu Ribs Cengkeh Broth sup iga wagyu dengan kaldu cengkeh yang aromatik dan menenangkan, Cengkeh Glazed Bluefin Tuna – tuna premium berpadu glasur manis pedas cengkeh, Smoked Pineapple Cengkeh Sorbet – pencuci mulut segar dengan aroma smokey dan rempah, Saraba Cengkeh Ginger Mocktail  minuman hangat menyegarkan khas Indonesia Timur.

Pemutaran Perdana dan Diskusi Fine Tastes

Sebagai puncak perayaan, An Afternoon with Fine Tastes digelar pada 4 Oktober 2025 di Solo Ristorante, WTC 3 Sudirman. Acara ini menghadirkan pemutaran perdana film “A (C)love Story” serta sesi Insight Talk bersama para chef.

Dalam diskusi tersebut, Chef Juna menegaskan pentingnya mengangkat bahan-bahan terbaik dari Indonesia.

“Fine taste itu adalah ingredients terbaik Indonesia yang kita highlight siang ini: cengkeh Manado. Dengan keunikan dan kekhasannya, kita bisa menghadirkan berbagai karya yang extraordinary,” ujar Chef Juna.

Acara kemudian ditutup dengan makan siang multisensori, memadukan keindahan visual, rasa, dan aroma yang menggugah selera dalam satu pengalaman kuliner yang tak terlupakan.

Cengkeh Manado: Simbol Cinta dan Kebanggaan Nusantara

Melalui “A (C)love Story”, Chef Juna dan tim Fine Tastes ingin menunjukkan bahwa cengkeh bukan sekadar rempah, melainkan warisan budaya dan simbol cinta Indonesia terhadap kekayaan alamnya.

Penonton dan pecinta kuliner diajak untuk menyelami kisah rempah dari tanah Manado yang kini mendapatkan panggung modern dalam bentuk film, diskusi, dan hidangan eksklusif yang memanjakan seluruh indera.

Film “A (C)love Story” kini dapat disaksikan di kanal Gastronusa, sementara menu-menu eksklusifnya bisa dinikmati di Mata Karanjang Wijaya dan WTC Sudirman sepanjang Oktober hingga November 2025.

Continue Reading

Movie & TV

“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Salah satu perubahan untuk memperbaiki diri lantaran terjerat kasus korupsi. Karena itu film Jembatan Shiratal Mustaqim dapat dijadikan sebagai media muhasabah bagi pelaku korupsi. Begitu harapan selebritas Angelina Sondakh, usai nonton bareng di salah satu bioskop di Jakarta Selatan belum lama ini.

“Mudah-mudahan film ini tervisualisasikan dengan baik dan sesungguhnya ketakutan atas Jembatan Shiratal Mustaqim inilah, yang membuat saya harus memperbaiki diri, mendekatkan diri pada agama dan alhamdulillah,” ujarnya.

Selain itu, fim buatan Dee Company yang disutradarai Bounty Umbara ini juga dapat membuka mata semua pihak agar tidak terjerat tindakan korupsi.

“Film ini harusnya membuka mata hati bukan hanya untuk pejabat tapi juga masyarakat luas. Korupsi mungkin memberi kesenangan sementara tapi pada akhirnya akan berbalik ke kita. Semoga pesan film ini bisa sampai ke seluruh pelosok negeri,” tambahnya.

Pasalnya, kata janda almarhum Adjie Massaid, jika terbukti melakukan korupsi maka waktu kebersamaan dengan orang-orang tercinta bakal hilang sehingga momen penting pun terlewat tanpa dapat diulang.

“Putusan saya 12 tahun penjara, salah satunya adalah menghukum atau memberikan hukuman yang tinggi agar ada efek jera dan Indonesia diharapkan bebas korupsi. Tapi 10 tahun saya menjalani masa pidana di dalam penjara, ada sedikit kesedihan, karena ternyata korupsi bukan makin sedikit namun malah makin banyak, makin masif dan threatnya itu luar biasa, seakan-akan masyarakat kita permisif aksi-aksi korupsi. Mungkin ketutup dengan hedon, dengan gaya hidup dan lupa bahwa nantinya akan ada Shiratal Mustaqim,” urainya.

Sementara produser Jembatan Shiratal Mustaqim, Dheeraj Kalwani mengatakan bila film tersebut bukan sekedar horor semata namun pula horor mengenai keadilan.

“Di dunia, koruptor bisa sembunyi di balik jabatan tapi di akhirat tidak ada lobi, tidak ada kompromi. Semua dosa akan terbuka,” terangnya.

Film yang menyajikan kisah tentang keadilan Tuhan atas perbuatan manusia, khususnya para koruptor yang selama hidupnya menumpuk kekayaan dengan merampas hak public ini tampil apik lantaran menvisualisasikan dengan CGI yang dikerjakan selama satu tahun penuh. Juga menggambarkan perjalanan para koruptor di Padang Mahsyar yang harus melewati Jembatan Shiratal Mustaqim dengan api neraka mengintai di bawahnya.

Hadir pula pemeran pendukung lain film yang siap tayang 9 Oktober 2025 ini antara lain Imelda Therrine, Agus Kuncoro, Raihan Khan, Mike Lucock, Rory Ashari dan Eduward Manalu. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Continue Reading

Movie & TV

Lembaga Sensor Film Ajak Mahasiswa UNAS Jakarta Lakukan Sensor Mandiri

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Komitmen Lembaga Sensor Film atau LSF untuk menggaungkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GN BSM) yakni gerakan memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia terus digenjot terutama pada kalangan mahasiswa melalui kampanye LSF Goes to Campus.

Terbaru, kampus Universitas Nasional Jakarta (UNAS) menjadi tujuan sosialiasi GN BSM. Di depan lebih kurang 1.200 mahasiswa baru,  Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, M.E mengatakan menyampaikan LSF untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang saat ini sedang mengalami kenaikan produksi film secara signifikan.

“LSF berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang ada di masyarakat. LSF juga konsisten melakukan sosialisasi tentang penggolongan usia yang dapat dijadikan panduan bagi penton film untuk memilih film yang akan ditonton sehingga menjadi tontonan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF RI, Titin Setiawati, S.IP, M.IKom menyatakan masyarakat selayaknya mengetahui penggolongan usia sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih film yang akan ditonton.

“Penggolongan usia film adalah hal yang harus diketahui oleh masyarakat untuk dijadikan panduan dalam menentukan film yang akan ditonton. Dengan mengikuti penggolongan usia yang telah ditetapkan oleh LSF, film yang akan ditonton akan menjadi film yang sesuai dengan penonton dan memiliki kontribusi positif sesuai dengan tingkat kedewasaan penonton,” terang mantan wartawan infotainmen ini.

Dalam LSF Goes to Campus tersebut hadir pula penulis scenario film Jangan Panggil Mama Kafir, Lina Nurmalina, sutradara film Yakin Nikah, Pritagita, pelakon Tubagus Ali dan Ben Jeffye serta pedangdut, Hari Putra. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending