FEM Indonesia, Jakarta – Setelah dua dekade menjadi ikon musik dunia, Jakarta International Java Jazz Festival (JJF) siap menapaki babak baru dalam sejarah panjangnya.
Tahun 2026 mendatang, festival musik bergengsi ini akan resmi pindah ke rumah barunya di NICE — Nusantara International Convention and Exhibition Center, PIK 2, menandai sebuah langkah monumental dalam evolusi dunia musik Indonesia.
Perpindahan ini bukan sekadar soal lokasi, tetapi simbol keberanian, pembaruan, dan visi masa depan. Sejak pertama kali digelar pada 2005, Java Jazz telah membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah salah satu festival musik terbesar di dunia. Kini, dengan berpindah ke NICE PIK 2, semangat itu kembali ditegaskan dalam skala yang lebih megah, modern, dan inklusif.
Festival Megah di Pusat Kawasan Baru
Diselenggarakan pada 29–31 Mei 2026, Java Jazz Festival edisi terbaru ini menjanjikan pengalaman baru dengan lokasi strategis yang berdekatan dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan kawasan urban PIK 2 yang tengah berkembang pesat. Venue ini dirancang untuk menghadirkan kenyamanan maksimal, dengan fasilitas lengkap, sistem transportasi terintegrasi, serta daya tampung yang lebih besar bagi penonton lokal dan mancanegara.
Direktur Java Festival Production menuturkan bahwa keputusan berpindah ke NICE merupakan bagian dari visi jangka panjang untuk memperluas jangkauan global Java Jazz sekaligus memperkuat ekosistem hiburan nasional.
“Kami ingin menjadikan NICE sebagai rumah baru yang mewakili semangat musik Indonesia modern terbuka, kreatif, dan inklusif,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Konser Musik
Selain menampilkan panggung megah dengan kualitas audio-visual imersif, Java Jazz Festival 2026 juga akan menghadirkan area tematik lintas generasi, zona kuliner, merchandise eksklusif, hingga ruang interaktif bagi komunitas musik dan seni.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Sugianto Kusuma, serta kolaborasi strategis dengan Royal Group dan Agung Sedayu Group, menjadi faktor penting di balik suksesnya transisi besar ini. Sinergi antara dunia usaha dan dunia seni diyakini akan memperkuat posisi Java Jazz di peta festival musik global.
Dari Panggung ke Simbol Budaya
Dengan langkah baru ini, Java Jazz Festival bukan hanya berpindah tempat, tapi juga berpindah makna dari sekadar ajang pertunjukan musik menjadi simbol evolusi budaya Indonesia.
Festival ini diharapkan menjadi cermin masa depan industri hiburan nasional yang lebih modern, berdaya saing global, namun tetap berakar pada semangat kreatif bangsa. [artwork dok. Java Festival Production]


Tinggalkan Balasan