FEM Indonesia, Depok – Aktor yang juga sutradara film Pangku, Reza Rahadian, menilai literasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM) yang dikampanyekan Lembaga Sensor Film Republik Indonesia penting untuk terus disosialisasikan kepada masyarakat. Pasalnya masyarakat yang merupakan penonton mempunyai hak untuk menonton tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia.
“Semoga ini bisa menjadi pengingat kita bahwa sudah waktunya mengetahui. Saya yakin penonton sudah mampu menentukan sendiri pilihan tontonan ya, ada berbagai jenis film dan penonton punya hak juga untuk memilih tontonannya. Soal klasifikasi usia, rasanya itu sudah menjadi sesuatu yang mudah-mudahan semakin familiar,” ujarnya di sela nonton bersama film Pangku di bioskop salah satu pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat, belum lama ini.
Namun, sambung Reza, dapat juga dilakukan cara lain untuk mengenalkan GNBSM sejak dini agar lebih luas capaian yang dituju.
“Perlu juga datang dari ruang-ruang lain yang bersinggungan dengan pendidikan, artinya para guru bisa berperan serta di dalamnya, bisa cerita dengan cara-cara sederhana kepada murid-muridnya. Bahwa kalau menonton film kalian bisa lihat ya. Misalnya ke anak-anak siswanya ini ada huruf U artinya apa. Jadi pengenalan tentang itu pun saya rasa bisa dipenetrasi melalui jalur-jalur pendidikan, khususnya dari tingkat SD, SMP, SMA dan seterusnya. Saya yakin teman-teman yang sudah dibangku mahasiswa, mungkin sudah di usia yang relatif tahu klasifikasi usia. Di luar itu ada juga yang nonton film-film lain. Tapi we have the right, they know what the watching, hopely. Itu bisa jadi tolak ukurnya,” paparnya.
Di tempat yang sama, Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, mengaku senang dapat berkolaborasi dengan film besutan Reza Rahadian di bawah rumah produksi Gambar Gerak.
“Jadi salah satu yang kami upayakan saat ini ingin terus mengkampanyekan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri itu semakin menjadi populer di tengah masyarakat. Sehingga masyarakat mendapatkan tontonan yang sesuai dengan klasifikasi dan perkembangan psikologisnya,” kata Naswardi.
Hingga kini, sambungnya, kampanye GNBSM melalui nonton bareng telah mencapai 30 lokasi dengan 30 judul film baru di 30 kota. Untuk itu LSF berharap dapat meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai hal ini.
“Kebetulan yang memperhatikan klasifikasi usia dalam menonton, Nah ini yang kita mau naikkan, minimal 70-75 persen awarness. Jadi caranya kita sosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat melalui nobar, lewat kampus, sekolah dan juga komunitas. Target kita 75 persen naiknya setelah kita survey di tahun berikuthya,” ucapnya.
Pada nonton bareng film Pangku tersebut, hadir pula Ketua Sub Komisi Hukum dan Advokasi, Saptari Novia Stri, S.H dan Ketua Komisi II Dr. Ervan Ismail, M.Si sebagai nara sumber, mahasiswa dari Universitas Saintek Muhammadiyah serta undangan pelbagai komunitas. [foto/teks : denim]


Tinggalkan Balasan