FEM Indonesia – Sejak dunia digital berkembang pesat, Industri musik banyak berubah. Sebuah Iagu yang populer atau menjadi hits misalnya, bukan Iagi lahir dari peran besar air play stasiun-stasiun radio.
Dampaknya, karya Iagu dikenal luas Iebih dulu karena viral di media sosial (medsos). Bukan karena tangan dingin produser.
Sehari-hari, medsos seperti YouTube dan TikTok silih berganti menghadirkan konten Iagu yang viral atau trending. Sejak awal kemunculan hingga merebak, konten Iagu-Iagu tersebut melalui proses yang relatif cepat dan sangat masif.
Nyatanya, Iagu yang hits Iewat radio dan viral di medsos, juga punya nasib yang berbeda-berbeda. Lagu yang populer secara organik di radio Iebih punya napas panjang alias “everlasting” ketimbang yang viral Iewat medsos.
“Terust terang, saya merindukan kelahiran Iagu-Iagu yang mampu populer lama di tengah masyarakat seperti masa-masa sebelumnya. Dan saya percaya, semua musikus dan masyarakat musik Indonesia juga merindukan kondisi yang saya maksud,” ujar CEO Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, di Jakarta, belum lama ini.
Pria yang menemukan band Wali menjadi populer pun menanyakan bahwa apakah sekarang, kondisi itu bisa kembali Iagi?
“Menurut saya bisa saja, karena hakekat dari sebuah Iagu itu adalah hati. Setiap keinginan, awalnya dapat digerakan lewat hati. Perubahan itu juga terjadi harus dari hati. Semuanya bisa saja terjadi,” jelasnya.
Namun, Rahayu optimis bahwa perubahan hanya akan terjadi jika gerakan perubahan itu dilakukan sevara bersama-sama dan masif.
“Gerakan itu harus datang dari para profesional yang menggeluti dunia radio. Kalau kita percaya, taka da yang tak mungkin. Tinggal persoalan waktu saja,” harap Rahayu.


Tinggalkan Balasan