FEM Depok — Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Qonita Lutfiyah, menegaskan bahwa Hari Santri Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum penting untuk mengenang dan melanjutkan peran besar santri serta ulama dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Menurut Qonita, semangat Hari Santri tidak dapat dilepaskan dari Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), pada 22 Oktober 1945 di Surabaya. Seruan jihad tersebut menggerakkan para santri dan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman pasukan kolonial Belanda yang datang bersama Sekutu pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945.
“Hari Santri adalah pengingat bahwa perjuangan kemerdekaan tidak lepas dari peran besar para ulama dan santri. Resolusi Jihad menjadi warisan berharga yang harus kita jaga dengan berkontribusi nyata membangun negeri,” ujar Qonita, Selasa (21/10).
Ia menambahkan, perjuangan para santri saat itu menjadi inspirasi lahirnya kesadaran nasional bahwa pesantren dan kalangan santri memiliki kontribusi nyata dalam menjaga keutuhan NKRI. Atas dasar sejarah tersebut, pemerintah menetapkan Hari Santri secara resmi melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi kaum santri.
Tahun ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menjemput Peradaban Dunia.” Menurut Qonita, tema itu mencerminkan tekad santri untuk terus berperan aktif dalam menjaga kemerdekaan sekaligus menghadapi tantangan global dengan ilmu, akhlak, dan keteguhan iman.
“Tema tahun ini sangat relevan. Santri tidak hanya mengawal kemerdekaan dalam arti menjaga kedaulatan bangsa, tapi juga harus siap menjadi bagian dari peradaban dunia melalui kontribusi ilmu dan moralitas,” jelasnya.
Qonita juga menegaskan bahwa nilai perjuangan santri sejalan dengan prinsip perjuangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang lahir dari semangat umat dan pesantren. Menurutnya, PPP senantiasa berkomitmen menjaga nilai keislaman dan kebangsaan sebagai dasar membangun Indonesia yang berkeadilan dan beradab.
“PPP sejak awal berdiri menempatkan nilai-nilai pesantren sebagai fondasi moral perjuangan politiknya. Semangat Hari Santri adalah semangat PPP untuk terus mengawal keutuhan bangsa dan kesejahteraan umat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Qonita menekankan bahwa jihad di masa kini bukan lagi perjuangan bersenjata, melainkan jihad intelektual dan sosial, yaitu perjuangan melalui pendidikan, pengabdian, dan kerja nyata di masyarakat.
“Hari Santri bukan hanya simbol peringatan, tapi refleksi untuk memperbaiki diri dan menumbuhkan motivasi membangun negeri. Santri harus menjadi pelopor perubahan yang membawa kemaslahatan dan memperkuat persatuan,” ujarnya.
Qonita juga mengajak seluruh kader PPP dan masyarakat luas untuk menjadikan Hari Santri sebagai momentum memperkuat sinergi antara agama, pendidikan, dan kebangsaan dalam menjaga kedaulatan serta memajukan Indonesia di panggung dunia.
“Warisan Resolusi Jihad bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk diteruskan sebagai inspirasi membangun negeri yang beradab, religius, dan berkemajuan,” tutupnya.


Tinggalkan Balasan