FEM Indonesia, Jakarta – Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) resmi memperkenalkan Mama Culla sebagai maskot terbarunya. Tetap mengusung ikon badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), Mama Culla hadir sebagai sosok badak betina yang merepresentasikan figur ibu masa kini yang peduli terhadap tontonan anak.
Nama Mama Culla merupakan akronim dari Masyarakat Sensor Mandiri: Sadar dan Cerdas Untuk Memilah-Memilih Film sesuai Klasifikasi Usia. Karakter ini digambarkan sebagai ibu milenial (generasi Y) yang dekat dengan keseharian masyarakat, khususnya para orang tua muda, dalam mendampingi anak memilih tontonan yang aman dan sesuai usia.
Filosofi Mama Culla terinspirasi dari peran induk badak Jawa yang dikenal protektif dalam melindungi anaknya. Nilai tersebut diterjemahkan LSF sebagai simbol kepedulian, kebijaksanaan, serta tanggung jawab orang tua dalam menghadapi derasnya arus konten hiburan saat ini.
“Mama Culla sekaligus menjadi maskot gerakan nasional budaya sensor mandiri. Filosofinya adalah perlindungan terhadap kelompok rentan, khususnya anak-anak, dari tontonan yang mengandung isu-isu sensitif,” ujar Ketua LSF RI Naswardi dalam peluncuran maskot baru LSF di The Club Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Tak hanya memperkenalkan maskot baru, LSF juga mengumumkan pembaruan tampilan informasi klasifikasi usia film bioskop yang akan mulai diberlakukan secara nasional pada 1 Januari 2026. Informasi klasifikasi usia akan dikemas lebih segar dan komunikatif agar mudah dipahami penonton.
Dalam pembaruan tersebut, LSF menggandeng empat intellectual property (IP) lokal yang telah dikenal luas oleh masyarakat kriterianya adalah :
Funcican untuk klasifikasi usia SU (Semua Umur)
Si Nopal untuk klasifikasi usia R13
Emak-Emak Matic untuk klasifikasi usia D17
Si Juki untuk klasifikasi usia D21
Naswardi menegaskan, kehadiran Mama Culla dan pembaruan klasifikasi usia merupakan bagian dari komitmen LSF dalam meningkatkan literasi tontonan masyarakat.
“Kami tidak hanya menghadirkan literasi tontonan di bioskop, tetapi juga di ruang publik melalui iklan layanan masyarakat di transportasi umum, platform OTT, media sosial, dan berbagai ruang publik lainnya,” jelasnya.
Melalui langkah ini, LSF berharap budaya sensor mandiri semakin mengakar di masyarakat, sehingga orang tua dan penonton dapat lebih sadar, cerdas, dan bertanggung jawab dalam memilih tontonan yang sehat bagi seluruh anggota keluarga.


Tinggalkan Balasan