FEM Indonesia – “Musik dan lagu itu didengar. Bukan untuk didebat atau didiskusikan. Itu sudah absolut. Dari dulu hingga hari ini, manusia hanya dapat memprediksi musik dan lagu itu komersil atau laris di pasaran. Tapi tidak ada seorang pun yang dapat menjamin musik dan lagu itu laris,”
Begitulah kata CEO Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, mengenai seputar musik dan industinya, baru-baru di Jakarta.
“Secara realitas, saat ini lagu pop berbahasa Jawa banyak digandrungi. Apakah ini sebuah fenomenal di semesta industri musik? Ini tak perlu dijawab, karena dasarnya musik dan lagu itu menyimpan misteri,” tambahnya
Sebagai pelaku di Industri musik Indonesia, Rahayu juga mengungkapkan, mengenai selera musik, dikembalikan kepada selera 8 miliar penduduk bumi. Saat ini Indonesia katanya berpenduduk sekitar 275 juta jiwa.
“Pastinya punya selera musik dan lagu yang heterogen. Secara organik, hipotesis saya, ragamnya selera musik masyarakat dunia atau Indonesia, masih terbentang luas bagi para kreator musik,” lanjutnya.
Video klip lagu misalnya, adalah sebuah karya audio visual yang hari ini dapat kita saksikan di belahan dunia mana pun melalui platform digital. Apa yang kita lihat di sini, juga dilihat oleh mereka di sana. Jadi jangan takut berkarya. Apa pun genre musiknya, masyarakat punya selera dalam memilih.
“Musik dan lagu lahir dari notasi dan lirik, Tuhan memberikan hidayahnya kepada para kreator musik. Bersyukurlah mereka yang diberi hidayah itu. Begitu pun penikmat musik juga diberikan ragam rasa dalam menentukan pilihan seleranya,” pungkasnya.

 
											
 
									 
									 
									 
									 
									 
									 
									 
									
Tinggalkan Balasan