Movie & TV
Film “Sore Istri dari Masa Depan” Rilis Official Poster & Trailer yang Romantis Fantasi

FEM Indonesia, Jakarta — Cerita Films merilis official poster dan trailer dari film terbarunya, Sore Istri dari Masa Depan. Film drama romantis fantasi yang ditulis dan disutradarai Yandy Laurens serta diproduseri Suryana Paramita ini akan tayang mulai 10 Juli 2025 di seluruh bioskop Indonesia.
Poster film Sore Istri dari Masa Depan memperlihatkan titian tangga melingkar di mana karakter Jonathan (Dion Wiyoko) berada di anak tangga paling atas dengan karakter Sore (Sheila Dara) mengikutinya sambil memegang salah satu pergelangan tangan Jonathan. Pada anak tangga lainnya, terlihat beberapa karakter Sore dengan ekspresi emosi yang beragam, menyimpan makna tersirat.
Melalui official trailernya, film Sore Istri dari Masa Depan menampilkan Jonathan yang dikagetkan dengan kehadiran seorang perempuan bernama Sore yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Dengan latar keindahan kota kecil di Kroasia, perlahan Jonathan percaya bahwa Sore, yang mengetahui hal-hal detail tentang dirinya bahkan tentang waktu kematiannya, hadir sebagai kesempatan kedua bagi Jonathan untuk membuat hidupnya lebih baik.
“Hendra, editor film kami memiliki peran vital dalam pembuatan trailer. Kombinasi antara ingin sekali menyajikan trailer yg representatif terhadap filmnya agar penonton menangkap calon film yang akan ditonton, namun mesti menyimpan kejutan-kejutan filmnya agar tidak mengurangi pengalaman menonton nanti.
Hendra dengan kepekaannya terhadap musik (karena dulu anak band) dan visual (karena lulusan DKV), menghasilkan trailer yang rasanya mampu menembakkan rasa filmnya dengan akurat tanpa memberitahu kejutan dalam filmnya. Kami beruntung punya Hendra,” ujar Yandy Laurens, penulis dan sutradara film Sore Istri dari Masa Depan.
“Dalam format yang baru, film Sore Istri dari Masa Depan akan diwarnai dengan tribute kepada format web series-nya untuk bernostalgia. Beberapa telah ditampilkan melalui trailernya, seperti adegan Sore mematahkan batang-batang rokok dan membuang minuman-minuman beralkohol milik Jonathan. Dan tentu saja, puisi iconic yang dibacakan oleh karakter Sore dan Jonathan, serta iringan salah satu lagu soundtrack iconic karya Adhitia Sofyan berjudul Forget Jakarta,”
Produser Suryana Paramita menjelaskan. “Selain itu, tentu akan ada banyak juga sentuhan baru yang ditampilkan, baik dari segi cerita, visual, dan lagu-lagu lain yang tidak ada di format sebelumnya.”Sore Istri dari Masa Depan menjadi kolaborasi keempat aktor Dion Wiyoko dan Sheila Dara Aisha bersama penulis dan sutradara Yandy Laurens. Dan dalam setiap project, selalu ada kebaruan dalam proses kolaborasi yang dijalani ketiganya.
“Menjadi Jonathan kembali setelah 8 tahun yang lalu dalam format web series, kali ini saya merasakan kenyamanan seperti bernostalgia dengan kawan lama. Namun disaat yang sama, saya merasakan ada kehangatan dan kedewasaan baru yang tumbuh,” tutur Dion tentang kembali memerankan karakter Jonathan.
“Bersama Yandy dan Sheila, ini menjadi proses yang sangat menarik bagi saya untuk menggali Jonathan ‘yang baru’”.
“Aku sangat mengidolakan karakter Sore yang diperankan oleh Tika Bravani dalam format web series-nya. Jadi ketika dipercaya untuk memerankan karakter Sore untuk format film layar lebarnya ini, aku ada di antara rasa cemas dan ragu tapi sekaligus bangga karena mendapat kehormatan besar. Beruntung aku dikelilingi oleh tim yang solid dan suportif seperti Yandy, Mita, Dion, serta semua pemain dan kru lainnya. Semoga Sore yang lahir melalui aku ini juga dapat diterima baik oleh penonton,” ujar Sheila tentang memerankan karakter Sore.
Sore Istri dari Masa Depan didukung oleh Melyana Tjahyadikarta, Queen Yeap, Slingshot Pictures, Imajinari, Studio Artemis, Jagartha, Trinity Entertainment Network, Dwidaya Amadeo Gemintang, dan Miles Films sebagai jajaran produser eksekutif dan kolaborator. Serta para partner resmi Artotel Wanderlust, SukkhaCitta, dan HMNS.
Kuliner
Chef Juna dan Fine Tastes Hadirkan Keajaiban Cengkeh Manado di Film “A (C)love Story” dan Menu Eksklusif

FEM Indonesia, Jakarta – Sebuah kolaborasi unik antara dunia kuliner dan sinematografi resmi hadir lewat film pendek berdurasi lima menit berjudul “A (C)love Story”, yang mengangkat pesona cengkeh Manado sebagai rempah istimewa kebanggaan Indonesia.
Film ini merupakan persembahan dari A Fusion of Fine Tastes dan Mata Karanjang bekerja sama dengan Gastronusa, yang menampilkan narasi puitis, visual sinematik, serta dialog inspiratif dari dua chef ternama Chef Juna Rorimpandey dan Chef Jovan Koraag-Kambey. Keduanya membagikan kisah personal, sejarah, serta perjalanan panjang cengkeh Manado hingga menjadi elemen penting dalam karya kuliner modern mereka.
“A (C)love Story” dapat disaksikan secara eksklusif melalui kanal YouTube dan Instagram resmi Gastronusa, memberikan pengalaman audio-visual yang hangat dan mengundang rasa bangga terhadap kekayaan rempah Indonesia.
Dari Layar ke Meja: Menu Eksklusif Bertema Cengkeh
Tidak hanya menonton, publik juga diajak untuk mencicipi langsung pengalaman kuliner bertema cengkeh di restoran Mata Karanjang, yang berlokasi di Wijaya dan WTC Sudirman.
Selama Oktober hingga November 2025, restoran ini menyajikan deretan hidangan spesial yang terinspirasi dari film, seperti: Wagyu Ribs Cengkeh Broth sup iga wagyu dengan kaldu cengkeh yang aromatik dan menenangkan, Cengkeh Glazed Bluefin Tuna – tuna premium berpadu glasur manis pedas cengkeh, Smoked Pineapple Cengkeh Sorbet – pencuci mulut segar dengan aroma smokey dan rempah, Saraba Cengkeh Ginger Mocktail minuman hangat menyegarkan khas Indonesia Timur.
Pemutaran Perdana dan Diskusi Fine Tastes
Sebagai puncak perayaan, An Afternoon with Fine Tastes digelar pada 4 Oktober 2025 di Solo Ristorante, WTC 3 Sudirman. Acara ini menghadirkan pemutaran perdana film “A (C)love Story” serta sesi Insight Talk bersama para chef.
Dalam diskusi tersebut, Chef Juna menegaskan pentingnya mengangkat bahan-bahan terbaik dari Indonesia.
“Fine taste itu adalah ingredients terbaik Indonesia yang kita highlight siang ini: cengkeh Manado. Dengan keunikan dan kekhasannya, kita bisa menghadirkan berbagai karya yang extraordinary,” ujar Chef Juna.
Acara kemudian ditutup dengan makan siang multisensori, memadukan keindahan visual, rasa, dan aroma yang menggugah selera dalam satu pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
Cengkeh Manado: Simbol Cinta dan Kebanggaan Nusantara
Melalui “A (C)love Story”, Chef Juna dan tim Fine Tastes ingin menunjukkan bahwa cengkeh bukan sekadar rempah, melainkan warisan budaya dan simbol cinta Indonesia terhadap kekayaan alamnya.
Penonton dan pecinta kuliner diajak untuk menyelami kisah rempah dari tanah Manado yang kini mendapatkan panggung modern dalam bentuk film, diskusi, dan hidangan eksklusif yang memanjakan seluruh indera.
Film “A (C)love Story” kini dapat disaksikan di kanal Gastronusa, sementara menu-menu eksklusifnya bisa dinikmati di Mata Karanjang Wijaya dan WTC Sudirman sepanjang Oktober hingga November 2025.
Movie & TV
“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat

FEM Indonesia, Jakarta – Salah satu perubahan untuk memperbaiki diri lantaran terjerat kasus korupsi. Karena itu film Jembatan Shiratal Mustaqim dapat dijadikan sebagai media muhasabah bagi pelaku korupsi. Begitu harapan selebritas Angelina Sondakh, usai nonton bareng di salah satu bioskop di Jakarta Selatan belum lama ini.
“Mudah-mudahan film ini tervisualisasikan dengan baik dan sesungguhnya ketakutan atas Jembatan Shiratal Mustaqim inilah, yang membuat saya harus memperbaiki diri, mendekatkan diri pada agama dan alhamdulillah,” ujarnya.
Selain itu, fim buatan Dee Company yang disutradarai Bounty Umbara ini juga dapat membuka mata semua pihak agar tidak terjerat tindakan korupsi.
“Film ini harusnya membuka mata hati bukan hanya untuk pejabat tapi juga masyarakat luas. Korupsi mungkin memberi kesenangan sementara tapi pada akhirnya akan berbalik ke kita. Semoga pesan film ini bisa sampai ke seluruh pelosok negeri,” tambahnya.
Pasalnya, kata janda almarhum Adjie Massaid, jika terbukti melakukan korupsi maka waktu kebersamaan dengan orang-orang tercinta bakal hilang sehingga momen penting pun terlewat tanpa dapat diulang.
“Putusan saya 12 tahun penjara, salah satunya adalah menghukum atau memberikan hukuman yang tinggi agar ada efek jera dan Indonesia diharapkan bebas korupsi. Tapi 10 tahun saya menjalani masa pidana di dalam penjara, ada sedikit kesedihan, karena ternyata korupsi bukan makin sedikit namun malah makin banyak, makin masif dan threatnya itu luar biasa, seakan-akan masyarakat kita permisif aksi-aksi korupsi. Mungkin ketutup dengan hedon, dengan gaya hidup dan lupa bahwa nantinya akan ada Shiratal Mustaqim,” urainya.
Sementara produser Jembatan Shiratal Mustaqim, Dheeraj Kalwani mengatakan bila film tersebut bukan sekedar horor semata namun pula horor mengenai keadilan.
“Di dunia, koruptor bisa sembunyi di balik jabatan tapi di akhirat tidak ada lobi, tidak ada kompromi. Semua dosa akan terbuka,” terangnya.
Film yang menyajikan kisah tentang keadilan Tuhan atas perbuatan manusia, khususnya para koruptor yang selama hidupnya menumpuk kekayaan dengan merampas hak public ini tampil apik lantaran menvisualisasikan dengan CGI yang dikerjakan selama satu tahun penuh. Juga menggambarkan perjalanan para koruptor di Padang Mahsyar yang harus melewati Jembatan Shiratal Mustaqim dengan api neraka mengintai di bawahnya.
Hadir pula pemeran pendukung lain film yang siap tayang 9 Oktober 2025 ini antara lain Imelda Therrine, Agus Kuncoro, Raihan Khan, Mike Lucock, Rory Ashari dan Eduward Manalu. [foto : dokumentasi/teks : denim]
Movie & TV
Lembaga Sensor Film Ajak Mahasiswa UNAS Jakarta Lakukan Sensor Mandiri

FEM Indonesia, Jakarta – Komitmen Lembaga Sensor Film atau LSF untuk menggaungkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GN BSM) yakni gerakan memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia terus digenjot terutama pada kalangan mahasiswa melalui kampanye LSF Goes to Campus.
Terbaru, kampus Universitas Nasional Jakarta (UNAS) menjadi tujuan sosialiasi GN BSM. Di depan lebih kurang 1.200 mahasiswa baru, Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, M.E mengatakan menyampaikan LSF untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang saat ini sedang mengalami kenaikan produksi film secara signifikan.
“LSF berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang ada di masyarakat. LSF juga konsisten melakukan sosialisasi tentang penggolongan usia yang dapat dijadikan panduan bagi penton film untuk memilih film yang akan ditonton sehingga menjadi tontonan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF RI, Titin Setiawati, S.IP, M.IKom menyatakan masyarakat selayaknya mengetahui penggolongan usia sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih film yang akan ditonton.
“Penggolongan usia film adalah hal yang harus diketahui oleh masyarakat untuk dijadikan panduan dalam menentukan film yang akan ditonton. Dengan mengikuti penggolongan usia yang telah ditetapkan oleh LSF, film yang akan ditonton akan menjadi film yang sesuai dengan penonton dan memiliki kontribusi positif sesuai dengan tingkat kedewasaan penonton,” terang mantan wartawan infotainmen ini.
Dalam LSF Goes to Campus tersebut hadir pula penulis scenario film Jangan Panggil Mama Kafir, Lina Nurmalina, sutradara film Yakin Nikah, Pritagita, pelakon Tubagus Ali dan Ben Jeffye serta pedangdut, Hari Putra. [foto : dokumentasi/teks : denim]
-
Movie & TV7 days ago
“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat
-
NASIONAL6 days ago
Depok Memanas, Sandy Bongkar Dugaan Pemerasan Eks Ketua LSM Kapok, Kasno Lapor Polisi
-
NASIONAL6 days ago
Kemdiktisaintek Dorong Kolaborasi RSPTN Menuju Rumah Sakit Bertaraf Internasional
-
NASIONAL6 days ago
Hadiri Pengukuhan PWI Pusat 2025-2030, Ini Pesan Menkomdigi