FEM Indonesia, BOGOR – Aktivitas di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sedap Malam, Bogor, Jawa Barat, justru dimulai ketika matahari mulai terbenam. Sekitar pukul 16.00 WIB, para relawan memasuki ruang dapur satu per satu.

Namun, kedatangan mereka bukan untuk langsung menyalakan kompor atau memotong bahan makanan. Tidak ada suara panci, pisau, atau aroma masakan. Semua dimulai dari satu titik yang sederhana: sebuah papan tulis putih kecil di dinding dapur.

Di papan itulah tertulis ketentuan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk keesokan pagi, lengkap dengan panduan kerja selama 12 jam ke depan. Semua relawan berdiri mengelilingi papan, memperhatikan catatan itu sebagai kompas utama sebelum memulai aktivitas malam panjang mereka.

Salah satu relawan, Kang Maulana, selalu berada paling dekat dengan papan tulis tersebut. Ia memperhatikan setiap detail sambil menyesuaikannya dengan kondisi para penerima manfaat MBG.

“Menu itu harus bikin ibu-ibu nyaman, mas. Kalau sayurnya terlalu keras, nanti balitanya susah makan,” ujar Kang Maulana sembari mengecek ketersediaan bahan pangan.

Diskusi ringan pun terjadi. Tidak ada rapat resmi, tidak ada notulen. Semua berjalan cair, hangat, dan saling menguatkan. Setiap relawan bebas memberi masukan berdasarkan pengalaman lapangan dan harapan masyarakat.

Asisten Lapangan SPPG Sedap Malam, Rusli, menyebut kunci pengambilan keputusan mereka sederhana saja. “Kami cuma mikir begini: kalau keluarganya kami sendiri yang makan, kira-kira aman atau tidak? Dari situ biasanya menu langsung ketemu,” jelasnya.

Setelah menu disepakati, seorang relawan menuliskannya kembali di papan sebagai penanda resmi arah kerja dapur malam itu. Tanpa birokrasi rumit, keputusan mengalir dari kepekaan, kepedulian, serta rasa ingin memberi yang terbaik bagi penerima manfaat.

Dapur Mulai Bergerak: Persiapan Sepanjang Malam

Pukul 17.10 WIB, dapur perlahan hidup. Denting panci dan pisau mulai terdengar, berpadu dengan gemericik air yang mengalir saat sayur dan buah dicuci. Di sudut lain, suara kompor menyala menandai puluhan kilogram beras mulai ditanak sebagai sumber karbohidrat utama bagi anak-anak dan ibu hamil penerima manfaat MBG.

Proses ini berlangsung hingga dini hari. Para relawan bekerja penuh semangat, bergantian beristirahat ketika lelah mulai terasa. Tak ada keluhan, hanya kesungguhan untuk memastikan setiap menu tersaji dengan aman, bersih, dan bergizi.

Ketika fajar menyingsing, aroma makanan hangat memenuhi dapur. Hidangan yang sudah dikemas rapi itu kemudian dibawa menuju sejumlah posyandu. Warga mungkin tak melihat bagaimana proses panjang tersebut berlangsung. Yang mereka tahu, makanan bergizi tiba setiap pagi, siap disantap oleh balita dan ibu hamil di wilayah itu.

Namun, di balik setiap suapan, ada kerja panjang yang penuh perhatian.

Makanan sebagai Wujud Kepedulian

Bagi relawan dapur SPPG Sedap Malam, makanan bukan sekadar memenuhi kebutuhan gizi. Setiap hidangan adalah bentuk kasih, kepedulian, dan komitmen untuk menghadirkan rasa aman dan kenyamanan bagi penerima manfaat.

Dari papan tulis kecil di dinding hingga ke meja makan keluarga, ada dedikasi para relawan yang bekerja dalam senyap sepanjang malam — memastikan bahwa setiap pagi selalu membawa kebaikan.