Connect with us

Movie & TV

Rossa Rilis Video Musik Aku Baik Saja, OST ‘Tak Ingin Usai di Sini’

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Diva musik pop Indonesia, Rossa, kembali memukau para penggemarnya dengan merilis video musik terbarunya yang berjudul Aku Baik Saja. Lagu ini memiliki makna istimewa karena didaulat menjadi Original Soundtrack (OST) untuk film drama romantis yang sangat diantisipasi, Tak Ingin Usai di Sini

Peluncuran video musik ini semakin menambah antusiasme menjelang konser akbar 30 tahun karier Rossa yang bertajuk Rossa Here I Am Concert, yang akan digelar megah di Indonesia Arena, Jakarta, pada tanggal 23 Mei 2025 mendatang.

Video musik Aku Baik Saja hadir dengan visualisasi yang kuat, menampilkan chemistry yang memikat antara dua bintang muda berbakat, Vanesha Prescilla dan Bryan Domani. Keduanya memerankan karakter Cream dan K, yang kisahnya terjalin manis namun menyimpan kepedihan yang mendalam. Penonton diajak menyaksikan perjalanan cinta mereka sejak masa sekolah menengah atas hingga momen pernikahan Cream. Namun, takdir berkata lain, Cream melabuhkan hatinya pada pria lain, meninggalkan K dengan ketulusan cintanya yang tak berbalas.

Lagu Aku Baik Saja sendiri merupakan buah kolaborasi apik dari Rossa dengan musisi ternama Andi Rianto yang mengaransemen musiknya, serta sentuhan lirik yang mendalam dari Monty Tiwa. Lagu ini mengisahkan tentang seseorang yang harus menghadapi kenyataan ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya. Meskipun suara dan kehadiran sang kekasih tak lagi dapat dirasakan, ia memilih untuk tetap tegar dan melanjutkan hidup dengan membawa serta kenangan indah yang pernah mereka ukir bersama.

Rossa mengungkapkan bahwa lagu ini memiliki pesan yang sangat kuat dan relevan bagi banyak orang. “Lirik lagu ini sangat kuat dan menyadarkan kita betapa pentingnya komunikasi dengan orang-orang terdekat, karena suara mereka yang kini akrab di telinga kita, suatu hari nanti bisa menghilang,” ujarnya dengan penuh penghayatan. 

Lebih dari sekadar lagu cinta yang biasa, Aku Baik Sajamenurut Rossa,memiliki makna universal tentang kehilangan, baik itu kehilangan seorang pasangan, orang tua, maupun sahabat terdekat. Lagu ini juga mengingatkan akan pentingnya menciptakan kenangan indah bersama orang-orang tersayang selagi masih ada waktu.

Video musik Aku Baik Saja semakin memperkuat keterkaitannya dengan film Tak Ingin Usai di Sini dengan menampilkan beberapa cuplikan adegan dari film tersebut. Film ini merupakan karya dari Robert Ronny yang bertindak sebagai penulis, sutradara, sekaligus produser, dan diproduksi oleh rumah produksi ternama Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment. Para pecinta film romantis di seluruh Indonesia dapat menyaksikan Tak Ingin Usai di Sini di bioskop mulai tanggal 5 Juni 2025.

Robert Ronny, sang sutradara, memberikan pujian setinggi langit untuk Rossa yang telah membawakan lagu tema filmnya dengan begitu sempurna. “Sejak awal, saya memang ingin penyanyi sungguhan. Setelah menonton film dokumenter Rossa, saya yakin tidak ada lagi yang punya kekuatan vokal dan emosional sekuat dirinya. Lagu ini akan menjadi elemen penting dalam cerita film kami,” ungkapnya dengan keyakinan. 

Sebuah kejutan menarik juga menanti para penggemar Rossa, karena sang diva juga akan tampil sebagai seorang aktris dalam film Tak Ingin Usai di Sini. [foto: instagramitsrossa910]

Kuliner

Chef Juna dan Fine Tastes Hadirkan Keajaiban Cengkeh Manado di Film “A (C)love Story” dan Menu Eksklusif

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Sebuah kolaborasi unik antara dunia kuliner dan sinematografi resmi hadir lewat film pendek berdurasi lima menit berjudul “A (C)love Story”, yang mengangkat pesona cengkeh Manado sebagai rempah istimewa kebanggaan Indonesia.

Film ini merupakan persembahan dari A Fusion of Fine Tastes dan Mata Karanjang bekerja sama dengan Gastronusa, yang menampilkan narasi puitis, visual sinematik, serta dialog inspiratif dari dua chef ternama Chef Juna Rorimpandey dan Chef Jovan Koraag-Kambey. Keduanya membagikan kisah personal, sejarah, serta perjalanan panjang cengkeh Manado hingga menjadi elemen penting dalam karya kuliner modern mereka.

“A (C)love Story” dapat disaksikan secara eksklusif melalui kanal YouTube dan Instagram resmi Gastronusa, memberikan pengalaman audio-visual yang hangat dan mengundang rasa bangga terhadap kekayaan rempah Indonesia.

Dari Layar ke Meja: Menu Eksklusif Bertema Cengkeh

Tidak hanya menonton, publik juga diajak untuk mencicipi langsung pengalaman kuliner bertema cengkeh di restoran Mata Karanjang, yang berlokasi di Wijaya dan WTC Sudirman.

Selama Oktober hingga November 2025, restoran ini menyajikan deretan hidangan spesial yang terinspirasi dari film, seperti: Wagyu Ribs Cengkeh Broth sup iga wagyu dengan kaldu cengkeh yang aromatik dan menenangkan, Cengkeh Glazed Bluefin Tuna – tuna premium berpadu glasur manis pedas cengkeh, Smoked Pineapple Cengkeh Sorbet – pencuci mulut segar dengan aroma smokey dan rempah, Saraba Cengkeh Ginger Mocktail  minuman hangat menyegarkan khas Indonesia Timur.

Pemutaran Perdana dan Diskusi Fine Tastes

Sebagai puncak perayaan, An Afternoon with Fine Tastes digelar pada 4 Oktober 2025 di Solo Ristorante, WTC 3 Sudirman. Acara ini menghadirkan pemutaran perdana film “A (C)love Story” serta sesi Insight Talk bersama para chef.

Dalam diskusi tersebut, Chef Juna menegaskan pentingnya mengangkat bahan-bahan terbaik dari Indonesia.

“Fine taste itu adalah ingredients terbaik Indonesia yang kita highlight siang ini: cengkeh Manado. Dengan keunikan dan kekhasannya, kita bisa menghadirkan berbagai karya yang extraordinary,” ujar Chef Juna.

Acara kemudian ditutup dengan makan siang multisensori, memadukan keindahan visual, rasa, dan aroma yang menggugah selera dalam satu pengalaman kuliner yang tak terlupakan.

Cengkeh Manado: Simbol Cinta dan Kebanggaan Nusantara

Melalui “A (C)love Story”, Chef Juna dan tim Fine Tastes ingin menunjukkan bahwa cengkeh bukan sekadar rempah, melainkan warisan budaya dan simbol cinta Indonesia terhadap kekayaan alamnya.

Penonton dan pecinta kuliner diajak untuk menyelami kisah rempah dari tanah Manado yang kini mendapatkan panggung modern dalam bentuk film, diskusi, dan hidangan eksklusif yang memanjakan seluruh indera.

Film “A (C)love Story” kini dapat disaksikan di kanal Gastronusa, sementara menu-menu eksklusifnya bisa dinikmati di Mata Karanjang Wijaya dan WTC Sudirman sepanjang Oktober hingga November 2025.

Continue Reading

Movie & TV

“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Salah satu perubahan untuk memperbaiki diri lantaran terjerat kasus korupsi. Karena itu film Jembatan Shiratal Mustaqim dapat dijadikan sebagai media muhasabah bagi pelaku korupsi. Begitu harapan selebritas Angelina Sondakh, usai nonton bareng di salah satu bioskop di Jakarta Selatan belum lama ini.

“Mudah-mudahan film ini tervisualisasikan dengan baik dan sesungguhnya ketakutan atas Jembatan Shiratal Mustaqim inilah, yang membuat saya harus memperbaiki diri, mendekatkan diri pada agama dan alhamdulillah,” ujarnya.

Selain itu, fim buatan Dee Company yang disutradarai Bounty Umbara ini juga dapat membuka mata semua pihak agar tidak terjerat tindakan korupsi.

“Film ini harusnya membuka mata hati bukan hanya untuk pejabat tapi juga masyarakat luas. Korupsi mungkin memberi kesenangan sementara tapi pada akhirnya akan berbalik ke kita. Semoga pesan film ini bisa sampai ke seluruh pelosok negeri,” tambahnya.

Pasalnya, kata janda almarhum Adjie Massaid, jika terbukti melakukan korupsi maka waktu kebersamaan dengan orang-orang tercinta bakal hilang sehingga momen penting pun terlewat tanpa dapat diulang.

“Putusan saya 12 tahun penjara, salah satunya adalah menghukum atau memberikan hukuman yang tinggi agar ada efek jera dan Indonesia diharapkan bebas korupsi. Tapi 10 tahun saya menjalani masa pidana di dalam penjara, ada sedikit kesedihan, karena ternyata korupsi bukan makin sedikit namun malah makin banyak, makin masif dan threatnya itu luar biasa, seakan-akan masyarakat kita permisif aksi-aksi korupsi. Mungkin ketutup dengan hedon, dengan gaya hidup dan lupa bahwa nantinya akan ada Shiratal Mustaqim,” urainya.

Sementara produser Jembatan Shiratal Mustaqim, Dheeraj Kalwani mengatakan bila film tersebut bukan sekedar horor semata namun pula horor mengenai keadilan.

“Di dunia, koruptor bisa sembunyi di balik jabatan tapi di akhirat tidak ada lobi, tidak ada kompromi. Semua dosa akan terbuka,” terangnya.

Film yang menyajikan kisah tentang keadilan Tuhan atas perbuatan manusia, khususnya para koruptor yang selama hidupnya menumpuk kekayaan dengan merampas hak public ini tampil apik lantaran menvisualisasikan dengan CGI yang dikerjakan selama satu tahun penuh. Juga menggambarkan perjalanan para koruptor di Padang Mahsyar yang harus melewati Jembatan Shiratal Mustaqim dengan api neraka mengintai di bawahnya.

Hadir pula pemeran pendukung lain film yang siap tayang 9 Oktober 2025 ini antara lain Imelda Therrine, Agus Kuncoro, Raihan Khan, Mike Lucock, Rory Ashari dan Eduward Manalu. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Continue Reading

Movie & TV

Lembaga Sensor Film Ajak Mahasiswa UNAS Jakarta Lakukan Sensor Mandiri

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Komitmen Lembaga Sensor Film atau LSF untuk menggaungkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GN BSM) yakni gerakan memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia terus digenjot terutama pada kalangan mahasiswa melalui kampanye LSF Goes to Campus.

Terbaru, kampus Universitas Nasional Jakarta (UNAS) menjadi tujuan sosialiasi GN BSM. Di depan lebih kurang 1.200 mahasiswa baru,  Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, M.E mengatakan menyampaikan LSF untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang saat ini sedang mengalami kenaikan produksi film secara signifikan.

“LSF berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang ada di masyarakat. LSF juga konsisten melakukan sosialisasi tentang penggolongan usia yang dapat dijadikan panduan bagi penton film untuk memilih film yang akan ditonton sehingga menjadi tontonan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF RI, Titin Setiawati, S.IP, M.IKom menyatakan masyarakat selayaknya mengetahui penggolongan usia sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih film yang akan ditonton.

“Penggolongan usia film adalah hal yang harus diketahui oleh masyarakat untuk dijadikan panduan dalam menentukan film yang akan ditonton. Dengan mengikuti penggolongan usia yang telah ditetapkan oleh LSF, film yang akan ditonton akan menjadi film yang sesuai dengan penonton dan memiliki kontribusi positif sesuai dengan tingkat kedewasaan penonton,” terang mantan wartawan infotainmen ini.

Dalam LSF Goes to Campus tersebut hadir pula penulis scenario film Jangan Panggil Mama Kafir, Lina Nurmalina, sutradara film Yakin Nikah, Pritagita, pelakon Tubagus Ali dan Ben Jeffye serta pedangdut, Hari Putra. [foto : dokumentasi/teks : denim]

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending