FEM Indonesia, Jakarta – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menegaskan bahwa santri merupakan bagian penting dalam memperkuat ekosistem perfilman nasional sekaligus diplomasi kebudayaan Indonesia.
Penegasan tersebut disampaikannya dalam sambutan pada Malam Anugerah Santri Film Festival (SANFFEST) 2025 yang digelar di Sasono Langgen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (21/12/2025).
Fadli Zon menilai SANFFEST 2025 menjadi momentum penting lahirnya generasi baru sineas dari lingkungan pesantren. Tema “Dari Jendela Santri Memandang Dunia” disebutnya sebagai visi besar yang menempatkan santri tidak hanya sebagai pewaris tradisi pesantren, tetapi juga aktor kebudayaan yang mampu mempromosikan nilai-nilai Indonesia melalui film.

“Pesantren selama ini telah melahirkan banyak karya sastra, seni pertunjukan, dan musik. Kini kita juga sedang membangun ekosistem film di pesantren,” ujar Fadli.
Ia mengapresiasi capaian SANFFEST 2025 yang berhasil menghimpun 125 film karya santri dari 115 pesantren di 20 provinsi dalam waktu relatif singkat. Menurutnya, capaian tersebut menjadi sinyal positif atas tumbuhnya potensi sineas muda dari kalangan santri yang dapat berkontribusi dalam perjalanan perfilman nasional.
Dalam kesempatan itu, Fadli juga menyoroti perkembangan industri film Indonesia yang terus menunjukkan tren positif. Pada 2024, jumlah penonton film nasional mencapai 81 juta orang, sementara hingga akhir 2025 tercatat hampir 77 juta penonton, dengan lebih dari 70 persen memilih film Indonesia dibandingkan film asing.

“Ini menandakan film Indonesia sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kualitas cerita, skenario, akting, dan apresiasi penonton semakin meningkat,” katanya.
Fadli menekankan bahwa film merupakan bagian penting dari soft power atau kekuatan budaya suatu bangsa. Melalui film, nilai-nilai budaya dapat menjangkau masyarakat global, sebagaimana dilakukan industri film Amerika Serikat, India, dan Korea Selatan.
“Film adalah medium paling efektif untuk mengangkat budaya bangsa. Indonesia memiliki kekayaan budaya luar biasa yang saya sebut sebagai mega diversity,” ujarnya.
Sementara Ketua Komite SANFFEST 2025, Neno Warisman, menyampaikan bahwa penyelenggaraan SANFFEST tahun ini merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan sekaligus membanggakan. SANFFEST tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga ruang pembelajaran dan pendampingan kreatif bagi santri dari berbagai daerah.

Rangkaian kegiatan SANFFEST 2025 berlangsung selama hampir dua bulan, dimulai dari tahap ta’aruf pada 21 Oktober hingga malam penganugerahan pada 21 Desember 2025. Selama periode tersebut, peserta mendapatkan pendampingan intensif, proses kurasi, penjurian, hingga persiapan acara puncak.
“Film-film karya santri melampaui ekspektasi, baik dari sisi visual, poster, maupun kekuatan narasi. Ini mematahkan stigma bahwa santri hanya belajar kitab. Mereka mampu menghadirkan narasi baru yang segar dan kuat,” ujar Neno.

SANFFEST 2025 juga membuka jalan bagi santri untuk masuk ke ekosistem ekonomi kreatif. Sejumlah pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan, komunitas perfilman, dan masyarakat sipil, menyatakan komitmennya untuk mendukung talenta santri melalui pendidikan, beasiswa, hingga penayangan karya.
Acara Malam Anugerah SANFFEST 2025 turut dihadiri Wakil Menteri Perumahan Rakyat Fachri Hamzah, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafei, Dirjen PPPK Kemenbud Ahmad Mahendra, Direktur Film Budaya dan Seni Syaifullah, sastrawan Habiburrahman El Shirazy, aktor Dude Harlino dan Teo Pasukadewo, Wasekjen MUI Pusat Eric Yusuf, serta Ketua Dewan Juri Yudi Datau.


Tinggalkan Balasan