FEM Indonesia, Bogor – Pemerintah Indonesia tengah mengkaji pembangunan infrastruktur transportasi umum perkeretaapian di sekitar Jabodetabek. Proyek ini akan melanjutkan proyek MRT dan LRT yang sudah ada, namun dengan teknologi yang berbeda. Pemerintah berencana membangun skytrain atau kereta gantung sebagai solusi transportasi yang lebih efisien.
“Kenapa skytrain karena pertimbangannya biaya pembangunan yang lebih murah, hanya 1/3 (dari LRT),” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI, Mohamad Risal Wasal, seperti dikutip CNBC, baru-baru ini.
Risal menambahkan, kereta gantung berbiaya investasi yang lebih rendah dan diharapkan dapat menarik minat investor untuk bergabung dalam proyek ini. “Sejumlah investor dari luar negeri telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi. “China ada dua, Belarus sama Jerman juga ada,” ungkap Risal.
Pemerintah saat ini sedang mengkaji tawaran dari masing-masing investor, termasuk besaran investasi yang akan masuk. Nilai investasi untuk proyek ini diperkirakan sekitar Rp238 miliar per kilometer. “Per kilometernya Rp238 miliar, karena tidak perlu pembebasan lahan yang besar,” sebut Risal.
Nilai investasi ini sudah termasuk dengan rangkaian keretanya. Satu gerbong skytrain diperkirakan dapat menampung sekitar 125 orang, dan akan ada beberapa rangkaian gerbong dalam satu kereta. Proyek skytrain ini tidak memerlukan banyak lahan di bawah, berbeda dengan proyek LRT atau MRT elevated yang memerlukan pembebasan lahan yang besar.
“Proyeknya 6 bulan juga sudah bisa selesai dibangun,” sebut Risal. Pembangunan yang relatif cepat ini diharapkan dapat segera memberikan manfaat bagi masyarakat.
Skytrain nantinya akan menjadi feeder bagi MRT Lebak Bulus menuju BSD, dan LRT Harjamukti menuju Sentul. Dengan demikian, diharapkan skytrain dapat meningkatkan konektivitas dan mengurangi kemacetan di wilayah Jabodetabek. [foto : istimewa]


Tinggalkan Balasan