FEM Indonesia, Jakarta – Praktik korupsi yang kian meresahkan di tanah air menjadi ide lahirnya film Jembatan Shiratal Mustaqim. Hal ini diungkapkan produser Dheeraj Kalwani saat merilis trailer film tersebut di Studio 2 Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (18/9).
“Korupsi merampas doa anak dan keluarga, hingga seseorang berjalan sendirian di Shiratal Mustaqim. Lewat film ini, penonton diajak untuk merefleksi bahwa amal saleh dan doa keluarga jauh lebih berharga daripada harta hasil korupsi,” ujarnya.
Ditambahkan, film horor religi yang diproduksi Dee Company ini mengangkat isu korupsi dan balasannya di akhirat. Selain itu pula ditampilkan visual neraka, suasana Padang Mahsyar, Surga hingga jembatan Shiratal Mustaqim, jembatan paling ditakuti yang terbentang di atas neraka dan hanya bisa dilalui dengan amal dan doa keluarga.
Selain itu, pihaknya juga sengaja mengundang selebritas Angelina Sondakh, mantan politisi yang pernah terjerat kasus korupsi bukan untuk sensasi melainkan ajakan menginteropeksi diri.
“Bagaimana rasanya menonton film tentang koruptor di akhirat setelah pernah merasakannya di dunia? Itu pertanyaan yang kami ajukan, bukan hanya untuk Ibu Angelina, tapi juga untuk publik agar merenung,” jelas Dheeraj.
Sementara Angelina Sondakh mengaku pernah mengalami dan sangat dekat dengan kegiatan yang dilakukan untuk korupsi. Untuk itu ia ingin melalui film ini semua pihak membuka mata pada konsekuensi jika melakukan tindakan korupsi.
“Tidak hanya pejabat dan penguasa namun juga masyarakat Indonesia,” katanya serius.
“Jujur, menonton trailer ini membuat saya merinding. Saya pernah merasakan pahitnya kesalahan di dunia dan film ini mengingatkan bahwa di akhirat pertanggungjawaban itu jauh lebih berat. Saya berharap film ini bisa jadi pengingat bagi semua orang, termasuk saya sendiri, untuk terus memperbaiki diri,” tambah ibu satu anak itu.
Angelina juga mengingatkan bahwa azab bagi pelaku koruptor tidak hanya akan dirasakan di akhirat seperti film Jembatan Shiratal Mustaqim namun di dunia pun sebenarnya telah dialami.
“Bagi saya, film ini mudah-mudahan bisa menjadi penegak untuk kita semua akan supaya paham dan mengerti serta betul-betul mengetahui bahwa korupsi, mungkin hanya akan mendatang kesenangan sementara karena kekuasaan itu addict, dipuja-puja orang itu mengenakkan, menjadi kaya itu seperti suatu kenikmatan. Tetapi karena itu saya harus ada di penjara meninggalkan anak saya, dimana saya enggak bisa balikin waktu lagi dan enggak bisa balikin Keanu jadi kecil lagi, walaupun sekarang saya diberikan uang yang banyak, kekuasaan yang banyak saya enggak mungkin membalikkan waktu. Dan pasti ada akan penyesalan dari mereka yang akhirnya mengetahui korupsi itu bahwa the end of the day, enggak enak juga makan uang haram,” urainya.
Film yang dibintangi Imelda Therinne, Agus Kuncoro, Mike Lucock, Rory Ashari, dan Eduwart Manalu ini bercerita tentang Arya (Raihan Khan), seorang pemuda di daerah yang dilanda tsunami. Di balik tragedi itu, tersimpan kasus penggelapan dana bantuan. Arya bersama ibunya (Imelda Therinne) berusaha menyelidiki, hingga kerap diteror dengan penglihatan mengerikan tentang jembatan Shiratal Mustaqim. Namun setiap langkah mereka harus bertaruh nyawa.
Film yang disutradarai Bounty Umbara dengan penulis Alphadullah tersebut tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 9 Oktober 2025. [foto/teks : denim]


Tinggalkan Balasan