FEM Indonesia, Jakarta – Film terbaru berjudul “Air Mata Mualaf” siap menyapa penonton Indonesia mulai 27 November 2025. Karya yang diproduseri oleh Dewi Amanda ini mengusung tema perjalanan spiritual dan konflik keluarga lintas budaya, serta menampilkan deretan aktor papan atas dari Indonesia dan Malaysia.

Film menceritakan sosok perempuan asal Australia yang memiliki akar keluarga di Indonesia. Latar belakang yang berbeda budaya dan keyakinan membuatnya terjebak dalam pergulatan batin antara pilihan pribadi, hubungan keluarga, dan pencarian makna iman.

“Ini sebenarnya kisah tentang perjalanan hidup tentang pilihan seorang perempuan terhadap keluarganya: ibu, ayah, saudara, hingga pasangannya. Perbedaan-perbedaan di masyarakat menjadi inspirasi utama cerita ini,”

ungkap Dewi Amanda saat konferensi pers peluncuran trailer dan poster film di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin (27/10).


Kolaborasi Bintang Indonesia dan Malaysia

“Air Mata Mualaf” digarap melalui proses produksi lintas negara, dengan lokasi syuting di Australia dan Indonesia. Dari Indonesia, jajaran pemain yang terlibat antara lain Acha Septriasa, Dewi Irawan, Rizky Hanggono, Yama Carlos, Megantara, dan Budi Ros.

Sementara dari Malaysia, dua aktor ternama Syamim Freida dan Asman Al Idrus turut memperkuat deretan pemeran utama. Menurut sang produser, pemilihan aktor lintas negara dilakukan untuk menghadirkan keaslian karakter sekaligus memperluas jangkauan penonton di kawasan Asia Tenggara.

“Sebagian besar cerita berlangsung di Australia, jadi saya mencari pemain yang memang tinggal di sana. Akhirnya, pilihan jatuh pada Acha Septriasa,” jelas Dewi Amanda.

“Kami juga menggandeng aktor Malaysia karena film ini akan tayang di Malaysia pada 4 Desember 2025, seminggu setelah perilisan di Indonesia.”

Selain Indonesia dan Malaysia, film ini juga dijadwalkan tayang di Brunei, Singapura, dan Qatar, sebagai bagian dari strategi distribusi internasional.

Skenario Mendalam, Cerita Menyentuh

Skenario “Air Mata Mualaf” ditulis oleh Oka, dengan Indra bertindak sebagai sutradara sekaligus pengarah pemain. Proses casting dilakukan secara ketat selama satu bulan untuk menemukan karakter yang paling sesuai dengan visi cerita.

Film ini diharapkan dapat menyentuh penonton lewat kisah universal tentang keluarga, cinta, dan pencarian spiritual yang sarat emosi.

“Cerita ini dekat dengan realitas masyarakat kita. Banyak yang bisa merasa terhubung dengan konflik dan keputusan yang dihadapi tokoh utama,” tambah Dewi Amanda.

“Air Mata Mualaf” tak sekadar menyajikan drama keluarga, tapi juga menghadirkan refleksi tentang iman, keberagaman, dan kekuatan memilih jalan hidup dengan hati. Dengan alur emosional dan produksi lintas negara, film ini digadang-gadang menjadi salah satu karya paling dinanti akhir tahun ini.