NASIONAL
Cetak Siswa Masa Depan, Sekolah Cakra Buana, Depok, Merilis Program “Playducation”
FEM Indoenesia, Depok – Bangkit dari pandemi Covid-19, sekolah Cakra Buana di Depok, Jawa Barat, merilis ‘Playducation’.
Sebuah program untuk para siswanya yang tak sekadar menciptakan siswa pandai dalam sisi akademik tetapi menjadi siswa yang berkarakter dan berintegritas untuk masa depan.
Sekolah yang berlokasi dikawasan Sawangan Pancoran Mas ini juga berusaha mengembangkan potensi anak didiknya setingkat TK, SD, SMP dan SMU sesuai minat dan bakat anak.
“Jadi anak-anak kita tidak ambil hak bermain mereka. Karena dunia anak-anak masih dunia bermain. Namun saat sudah menginjak remaja, setingkat SMP kita kurangi porsi bermainnya,” kata ketua pembina Cakra Buana, RR Siti Nurul saat meresmikan Playducation bersama Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dedi Supandi, Kamis (19/5/2022).
Soal konsep gembira belajar menurut Siti Nurul sudah diterapkan sekolah Cakra Buana sejak sekolah berdiri pada 22 tahun lalu. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi konsep ini makin diperluas. “Konsep gembira belajar sebenarnya sudah kita terapkan sejak sekolah Cakra Buana ini berdiri. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, serta dunia yang sudah tak terbatas seiring perkembangan informasi, maka konsep gembira belajar kita kembangkan agar lebih global. Kini hadir playducation,” paparnya Siti Nurul.
Untuk setingkat SMA, menurut Siti Nurul, sekolah Cakra Buana memberi mereka fondasi yang cukup kuat, sehingga tidak gentar menghadapi perkembangan teknologi dan zaman. Tantangan di masa depan. Menjadi pribadi yang kuat, berkarakter, memiliki integritas yang terjaga.
“Jadi konsep playducation ini tanpa disadari juga merupakan pembentukan karakter building. Jadi belajar tidak dengan tekanan, tetapi fun, menggembirakan,” tambah Siti Nurul.
Sementara itu, Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi mengatakan dengan hadirnya program Playducatian atau gembira belajar diharapkan pembentukan karakter anak bisa dilakukan sejak dini. Sejak anak usia TK dan SD.
“Membuat anak gembira, nyaman dalam belajar memudahkan kita untuk membentuk karakter mereka. Hal-hal yang baik mudah diserap bila anak merasa senang. Anak merasa dihargai dan tidak merampas hak anak untuk bermain. Tidak juga menjejali anak melulu dengan pelajaran yang mereka tidak suka,” katanya.
Untuk mencapai itu semua, sekolah Cakra Buana juga menggandeng mitra seperti Indogroup, Kelas Pintar, Google Indonesia dengan pelatihan-pelatihan guru juga terus dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman. Di sekolah Cakra Buana ekstrakulikuler bukan sekadar pengisi waktu, tetapi juga didorong untuk pengembangan potensi anak secara serius sehingga bisa bermanfaat kala siswa lulus ke jenjang terjun ke masyarakat.
Mitra sekolah Cakra Buana antara lain
Kelas Pintar, Google Indonesia, Indogro institute, Kelly Basket Ball, DreamDress, Gigi Arts Dance,Gembira Belajar Media dan ANFA Futsal.
NASIONAL
Supian Suri Bongkar Cerita Kenapa tak Jalankan Perintah, Begini Sebenarnya!
FEM Indonesia, Depok – Calon Wali Kota Depok nomor urut 2, Supian Suri, akhirnya buka suara seputar tudingan sainganya di Pilkada Depok, yang menyatakan bahwa dirinya tidak menjalankan perintah Wali Kota saat menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda).
Pernyataan ini disampaikan Supian Suri setelah Ririn mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kinerja Supian dalam debat perdana Pilkada Depok 2024 pada Minggu (3/11/2024).
Supian mengungkap, dirinya tidak langsung menjalankan perintah tersebut karena berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengadaan insinerator, alat pengelola sampah, di penghujung tahun 2023 lalu.
“Sebetulnya saya nggak mau bicara tentang ini, tapi pernyataan Bu Ririn yang menyebut saya tidak mengeksekusi perintah Pak Wali, dan ini perlu diluruskan,” ucap Supian, di markas Betawi Ngumpul, Beji, Selasa (5/11/2024).
Supian menerangkan, bahwa saat menerima instruksi dari Wali Kota untuk mengalokasikan anggaran pengadaan insinerator melalui Belanja Tak Terduga (BTT), dirinya langsung mengoordinasikan hal tersebut dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Depok, sebagai pihak eksekutor.
“Teman-teman DLHK menyampaikan bahwa mereka belum siap karena kajian untuk alat tersebut belum ada,” beber Supian. Menurutnya, ada dua kajian penting yang harus dipenuhi, yakni kajian internal mengenai kebutuhan insinerator dan kajian pengadaan alatnya, belum tersedia saat itu.
“Kami harus tahu urgensi alat ini. Jangan sampai kita beli alat seharga Rp25 miliar, padahal ada yang seharga Rp5 miliar dengan fungsi serupa,” tegasnya.
Supian juga menyoroti rekomendasi merek insinerator tertentu dari pihak lain, yang menurutnya justru kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. “Ada yang merekomendasikan merek tertentu yang minta itu dibeli. Saya sampaikan bahwa alat ini tidak bisa langsung dibeli. Kita harus uji coba dulu,” katanya.
Uji coba dilakukan pada insinerator yang diklaim mampu mengolah hingga 20 ton sampah per hari. Namun, hasilnya jauh dari ekspektasi. “Saat uji coba di Pasar Cisalak, alat itu hanya mampu mengolah kurang dari 1 ton per hari, bahkan menimbulkan keluhan dari warga sekitar karena asapnya,” tutur Supian.
Ketidakpuasan warga terhadap dampak asap dari insinerator menjadi salah satu faktor yang menghambat eksekusi pengadaan alat tersebut. Supian menyebut bahwa DLHK juga mengalami kesulitan dalam menyampaikan kepada warga perihal dampak asap tersebut.
“Ini bukan masalah sederhana. Dampak lingkungan juga harus dipertimbangkan,” jelasnya lagi. Supian menegaskan bahwa rekomendasi pengadaan alat haruslah berdasarkan kualitas dan bukan sekadar pesanan.
“Kami ingin pemerintahan ini berjalan sesuai prosedur, siapapun yang direkomendasikan harus melalui uji kelayakan,” ujarnya, sembari menyampaikan bahwa pengadaan barang dan jasa tidak bisa diputuskan seperti membeli barang di toko.
Ketidakpastian terkait kualitas dan kemampuan insinerator tersebut, tambah Supian, menjadi alasan utama kenapa pengadaan alat tidak segera dieksekusi. “Dua kajian belum ada, dan hasil uji coba pun tidak memuaskan. Kami harus berhati-hati, terutama dalam menggunakan anggaran,” tegasnya.
Supian menyatakan bahwa dirinya menduga adanya intervensi dari pihak tertentu terkait rekomendasi vendor alat insinerator. “Saya menduga seperti itu. Karena saat Kadis DLHK saya minta cari yang terbaik, udah ada rekomendasi, katanya gitu,” ujarnya.
Supian menekankan bahwa semua langkahnya telah sesuai dengan prosedur dan pertimbangan yang matang. “Kalau alat tersebut memang bagus, tentu kita pertimbangkan, tapi hasil uji coba malah tidak sesuai klaim,” katanya.
Menanggapi kritik dari Ririn, Supian mengaku tak keberatan selama kritik tersebut berdasar dan paham akan konteks kebijakan pemerintahan. “Bu Ririn belum pernah masuk ke pemerintahan, jadi sebaiknya jangan langsung mengkritik tanpa memahami latar belakang kebijakan yang diambil,” ungkapnya.
Supian menilai bahwa kritikan yang tidak didasari pemahaman cukup hanya akan memicu kesalahpahaman di tengah masyarakat. “Saya sampaikan permohonan maaf ke Bu Ririn, Bu Ririn kalau (mau) fokus (program), fokus saja, tidak tahu cerita kebelakang. Kenapa Bu Ririn yang harus ngomong, terkait tentang itu,” ujar Supian.
Supian kembali menegaskan, keputusan tidak mengeksekusi pengadaan insinerator di akhir 2023 murni didasarkan pada alasan teknis dan prosedural. “Kami tidak ingin menghamburkan anggaran. Ini bukan sekadar perintah, tapi soal dampak jangka panjang bagi warga Depok,” pungkasnya.
NASIONAL
Viral! Aksi ‘Julurkan Lidah’ Ririn Farabi Paslon no.1 di Debat Perdana Pilkada Depok 2024
FEM Indonesia, Depok – Debat Pilkada Depok 2024 yang digelar pada Minggu malam (03/11/2024) menjadi sorotan warga, khususnya di kota Depok.
Pasalnya, ketika pasangan calon (Paslon) nomor urut 01, Imam Budi Hartono – Ririn Farabi Arafiq, dan Paslon nomor urut 02, Supian Suri – Chandra Rahmansyah, saling adu gagasan mengenai solusi atas permasalahan kota.
Paslon Supian – Chandra terlihat lebih menguasai materi dalam sesi debat, sementara Paslon Imam – Ririn beberapa kali tampak memberikan jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan.
Hal ini membuat Paslon nomor 02 menyebut pasangan lawan mereka jaka sembung alias tidak nyambung.
Namun, aksi tak terduga dari Ririn Farabi Arafiq menjadi pusat perhatian. Saat Paslon Supian – Chandra sedang memaparkan program Universal Health Coverage (UHC), Ririn terlihat menjulurkan lidah atau “melet” ke arah kamera, yang langsung menuai kritikan tajam dari netizen yang menilai gerakan tersebut kurang sopan.
Kritik pedas juga disampaikan netizen yang mempertanyakan etika Ririn sebagai seorang dokter.
Beberapa netizen menilai Ririn terkesan sombong dan merasa paling pintar, sementara yang lain mengomentari bahwa Ririn dan pasangannya terlihat berbicara saat Paslon Supian-Chandra sedang menyampaikan argumen mereka.
Momen ini menjadi viral di media sosial, dengan banyak warga Depok mempertanyakan sikap dan perilaku Paslon Imam-Ririn selama debat berlangsung.
NASIONAL
Ngopi Pagi, Kementrian Kebudayaan jadi Harapan Baru Insan Film Indonesia
FEM Indonesia, Jakarta – Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, terus menggeber program kerjanya. Terbaru, kementerian ini mengundang insan film di Tanah Air pada Senin, (4/11/24).
Dalam diskusi Ngopi Pagi, Menteri Fadli Zon, menyampaikan apresiasi dan pandangannya mengenai perkembangan industri film lokal, dan dukungan pemerintah untuk memajukan sektor ini.
Menurutnya, sektor perfilman memang memiliki peluang besar dalam industri kreatif bagi republik Indonesia dan kancah internasional.
“Saya mendengar dari waktu ke waktu film Indonesia semakin banyak pemirsa, dan semakin tinggi apresiasinya. Tentu saya mengapresiasi insan perfilman yang menggerakkan semua itu,” ujar Fadli Zon kepada awak media usai diskusi di Kementrian Kebudayaan Lantai 3, Jakarta.
Menurutnya, industri perfilman Indonesia menunjukkan progresivitas, terlihat dari jumlah penonton film lokal yang terus meningkat hingga mencapai 61 juta lebih hingga September 2024 berdasarkan data Badan Perfilman Indonesia.
Kendati begitu, dengan beragamnya kebudayaan di Tanah Air, Fadli berharap para sineas bisa lebih dalam untuk mengeksplorasi peluang tersebut. Salah satunya dari segi narasi dan pendekatan visual yang diejawantahkan ke berbagai bentuk film, baik dokumenter, serial, atau feature.
“Sebagai penikmat film, mungkin yang perlu diperkuat di industri perfilman kita adalah bagaimana cerita dan skenarionya dikemas. Kalau dari segi penyutradaraan dan produser sudah sangat mumpuni,” ungkapnya.
Seiring meningkatnya antusiasme masyarakat, Fadli berharap industri perfilman bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sekaligus memanfaatkannya sebagai produk diplomasi budaya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memfasilitasi para sineas dalam mengaktualisasikan gagasan tersebut.
Ke depannya, Fadli harap film-film karya sineas lokal bisa memenangkan ajang bergengsi di dunia sehingga industri ini bisa lebih ekspansif. “Saya melihat ini adalah tantangan ke depan untuk menghasilkan satu tingkat estetika yang tinggi dari dunia perfilman, bahkan penghargaan-penghargaan di kancah internasional,” lanjutnya.
Fadli menambahkan bahwa potensi cerita dari nusantara, termasuk cerita- cerita fiksi-kreatif dan yang mengandung nilai-nilai budaya, perlu lebih dieksplorasi. “Ke depan, kita berharap film Indonesia bisa mendapatkan penghargaan seperti Academy Awards, karena kita memiliki kekayaan cerita dan imajinasi yang kuat,” jelasnya.
Sementara Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha yang mendampingi mengatakan, pentingnya distribusi film yang lebih merata ke berbagai daerah di Tanah Air. Selain itu, terkait adanya sejumlah film sineas yang dibajak, pihaknya juga akan berkomunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk segera diberantas.
“Terkait layar bioskop, jumlahnya memang masih kurang, Kita di pemerintah sebagai fasilitator, juga sedang menjajaki itu dan mencari solusinya. Kalau sudah tahu jumlah ideal dan kurangnya berapa kita bisa cari investor, dan yang lain untuk menambah,” katanya.
Kegiatan Menteri Kebudayan Fadli Zon terkait penguatan ekosistem perfilman Tanah Air juga dihadiri sejumlah insan perfilman seperti Hanung Bramantyo, Evry Joe dan banyak lagi.
Evry Joe mengatakan dalam sesi curhatanya kepada sang Menteri bahwa perfilman Indonesia harus mandiri di dalam negeri. Ia juga bangga dengan gebrakan yang dilakukan oleh Kementrian Kebudayaan yang dipimpin Fadli Zon.
“Ini gebrakan yang baru dengan mengumpulkan semua asosiasi dan stekholder perfilman untul diskusi sambil ngopi bareng dan kalau biaa ini harus terus dilaksanakan. Disini keluhan keluhan dari insan film itu tercapai. Dan selama ini ngga pernah tercapai kita insan film punya keluhan seperti layar film yang kurang, jadual film yang susah dan banyak lagi jadi disini peran pemerintah itu penting harus hadir,” papar Evry.
Evry sebagai produser dan aktor ingin pemerintah ingin mengelola ini semua tentang dunia perfilman dengan baik. “Ini ada era yang baru bahwa di Kepemimpinan Bapak Prabowo ada Kementrian khusus kebudayaan yang konsen bisa memikirkan seni dan budaya serta film di Indonesia,” pungkas Evry.
-
NASIONAL21 hours ago
Viral! Aksi ‘Julurkan Lidah’ Ririn Farabi Paslon no.1 di Debat Perdana Pilkada Depok 2024
-
NASIONAL6 days ago
3 Tewas dan 2 Luka-luka, Mobil tvOne Kecelakaan di Tol Jakarta – Pemalang KM 315
-
Selebriti7 days ago
Pamerkan Koleksi Jam Tangan Calvin Klein Reset yang Mendunia, Azka Corbuzier Bangga!
-
NASIONAL1 day ago
Supian Chadra tetap Kokoh di Lembaga Survei dan Debat Perdana Meski Diserang isu Alexis