Connect with us

NASIONAL

Rip Curl GromSearch 2023, Cari Peselancar Junior di Kuta Bali, Ini Cara Daftarnya!

Published

on

FEM Indonesia – Bali, Indonesia – Dipersembahkan oleh Samudera Indonesia, Rip Curl GromSearch akan diselenggarakan selama tiga hari pada 10-12 November 2023 di Pantai Halfway Kuta, Bali. 

Tak hanya mempertandingkan para bibit berbakat penerus generasi surfing Indonesia, Rip Curl dan Samudera Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan surfing pemenang kompetisi dengan memberikan hadiah utama yaitu: High Performance Coaching Camp oleh Surfing Australia.  

Rip Curl GromSearch pertama kali hadir di pantai Jan Juc Victoria Australia pada tahun 1999 sebagai kompetisi surfing satu hari yang kemudian berkembang menjadi serangkaian kompetisi di seluruh dunia yang dirancang khusus untuk peselancar berumur 16 tahun ke bawah, yang biasa disebut ‘grommet’

Kompetisi tunggal nasional ini dibuat sebagai wadah yang menyenangkan bagi para grom untuk bersenang-senang dan bertemu peserta lain dari seluruh negeri, sambil mengembangkan permainan surfing mereka secara kompetitif. 

Untuk memenuhi syarat agar bisa ikut berkompetisi, peserta harus mencapai usia yang ditentukan per 31 Desember 2023. Seluruh divisi yang dikompetisikan memiliki batas kuota, dengan jumlah entri yang dialokasikan berdasarkan first in first serve dan memungkinkan peselancar dari seluruh negeri dapat bersaing dengan rekan sebaya mereka. Setelah batas registrasi ditutup awal pekan ini, tercatat sebanyak 140 anak yang telah mendaftar sebagai peserta Rip Curl GromSearch 2023 yang terbagi kedalam 3 divisi umur. Divisi Putra U-16, U-14, dan U12 serta Divisi Putri U-16, U-14, dan U-12.  

“Rip Curl Indonesia sangat bangga dapat mendukung generasi baru peselancar Indonesia dengan menyediakan wadah bagi mereka untuk meningkatkan keterampilan dan menampilkan bakat mereka di Final GromSearch Nasional. Final GromSearch Nasional tahun ini dipersembahkan oleh Samudera Indonesia di Halfway Pantai Kuta, lebih besar dari sebelumnya— acara tiga hari yang menampilkan 140 peserta, acara tim tag boardriders, dan perjalanan yang didanai penuh bagi para pemenang Putri & Putra U16 ke High-Performance Centre di Australia. Kesempatan ini memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka di salah satu fasilitas pelatihan selancar terbaik dunia,” ujar Harrison Mann, Kepala Produk & Marketing Rip Curl Indonesia, Kamis (9/11/2023).

Adapun beberapa nama surfer yang pernah menjadi finalis GromSearch sebelumnya dan telah mencatat sejarah penting dari event ini diantaranya yaitu para atlet World Surf League (WSL) putra seperti Gabriel Medina, Owen Wright, Italo Ferreira, Rio Waida, Kolohe Andino, Filipe Toledo, Kanoa Igarashi, hingga Leonardo Fioravanti. 

Sedangkan untuk atlet WSL putri diantaranya adalah Tyler Wright, Carissa Moore, Steph Gilmore, Tatiana Weston-Webb, Brisa Hennessy, dan Bethany Hamilton. Para mantan finalis Rip Curl GromSearch Indonesia antara lain adalah Garut Widiarta, Ketut Agus, Ryuki Waida dan Taina Izquierdo. 

NASIONAL

Supian Suri Bongkar Cerita Kenapa tak Jalankan Perintah, Begini Sebenarnya!

Published

on

FEM Indonesia, Depok – Calon Wali Kota Depok nomor urut 2, Supian Suri, akhirnya buka suara seputar tudingan sainganya di Pilkada Depok, yang menyatakan bahwa dirinya tidak menjalankan perintah Wali Kota saat menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda). 

Pernyataan ini disampaikan Supian Suri setelah Ririn mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kinerja Supian dalam debat perdana Pilkada Depok 2024 pada Minggu (3/11/2024).

Supian mengungkap, dirinya tidak langsung menjalankan perintah tersebut karena berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengadaan insinerator, alat pengelola sampah, di penghujung tahun 2023 lalu. 

“Sebetulnya saya nggak mau bicara tentang ini, tapi pernyataan Bu Ririn yang menyebut saya tidak mengeksekusi perintah Pak Wali, dan ini perlu diluruskan,” ucap Supian, di markas Betawi Ngumpul, Beji, Selasa (5/11/2024).

Supian menerangkan, bahwa saat menerima instruksi dari Wali Kota untuk mengalokasikan anggaran pengadaan insinerator melalui Belanja Tak Terduga (BTT), dirinya langsung mengoordinasikan hal tersebut dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Depok, sebagai pihak eksekutor. 

“Teman-teman DLHK menyampaikan bahwa mereka belum siap karena kajian untuk alat tersebut belum ada,” beber Supian. Menurutnya, ada dua kajian penting yang harus dipenuhi, yakni kajian internal mengenai kebutuhan insinerator dan kajian pengadaan alatnya, belum tersedia saat itu. 

“Kami harus tahu urgensi alat ini. Jangan sampai kita beli alat seharga Rp25 miliar, padahal ada yang seharga Rp5 miliar dengan fungsi serupa,” tegasnya.

Supian juga menyoroti rekomendasi merek insinerator tertentu dari pihak lain, yang menurutnya justru kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. “Ada yang merekomendasikan merek tertentu yang minta itu dibeli. Saya sampaikan bahwa alat ini tidak bisa langsung dibeli. Kita harus uji coba dulu,” katanya.

Uji coba dilakukan pada insinerator yang diklaim mampu mengolah hingga 20 ton sampah per hari. Namun, hasilnya jauh dari ekspektasi. “Saat uji coba di Pasar Cisalak, alat itu hanya mampu mengolah kurang dari 1 ton per hari, bahkan menimbulkan keluhan dari warga sekitar karena asapnya,” tutur Supian.

Ketidakpuasan warga terhadap dampak asap dari insinerator menjadi salah satu faktor yang menghambat eksekusi pengadaan alat tersebut. Supian menyebut bahwa DLHK juga mengalami kesulitan dalam menyampaikan kepada warga perihal dampak asap tersebut. 

“Ini bukan masalah sederhana. Dampak lingkungan juga harus dipertimbangkan,” jelasnya lagi. Supian menegaskan bahwa rekomendasi pengadaan alat haruslah berdasarkan kualitas dan bukan sekadar pesanan. 

“Kami ingin pemerintahan ini berjalan sesuai prosedur, siapapun yang direkomendasikan harus melalui uji kelayakan,” ujarnya, sembari menyampaikan bahwa pengadaan barang dan jasa tidak bisa diputuskan seperti membeli barang di toko.

Ketidakpastian terkait kualitas dan kemampuan insinerator tersebut, tambah Supian, menjadi alasan utama kenapa pengadaan alat tidak segera dieksekusi. “Dua kajian belum ada, dan hasil uji coba pun tidak memuaskan. Kami harus berhati-hati, terutama dalam menggunakan anggaran,” tegasnya.

Supian menyatakan bahwa dirinya menduga adanya intervensi dari pihak tertentu terkait rekomendasi vendor alat insinerator. “Saya menduga seperti itu. Karena saat Kadis DLHK saya minta cari yang terbaik, udah ada rekomendasi, katanya gitu,” ujarnya.

Supian menekankan bahwa semua langkahnya telah sesuai dengan prosedur dan pertimbangan yang matang. “Kalau alat tersebut memang bagus, tentu kita pertimbangkan, tapi hasil uji coba malah tidak sesuai klaim,” katanya.

Menanggapi kritik dari Ririn, Supian mengaku tak keberatan selama kritik tersebut berdasar dan paham akan konteks kebijakan pemerintahan. “Bu Ririn belum pernah masuk ke pemerintahan, jadi sebaiknya jangan langsung mengkritik tanpa memahami latar belakang kebijakan yang diambil,” ungkapnya.

Supian menilai bahwa kritikan yang tidak didasari pemahaman cukup hanya akan memicu kesalahpahaman di tengah masyarakat. “Saya sampaikan permohonan maaf ke Bu Ririn, Bu Ririn kalau (mau) fokus (program), fokus saja, tidak tahu cerita kebelakang. Kenapa Bu Ririn yang harus ngomong, terkait tentang itu,” ujar Supian.

Supian kembali menegaskan, keputusan tidak mengeksekusi pengadaan insinerator di akhir 2023 murni didasarkan pada alasan teknis dan prosedural.  “Kami tidak ingin menghamburkan anggaran. Ini bukan sekadar perintah, tapi soal dampak jangka panjang bagi warga Depok,” pungkasnya.

Continue Reading

NASIONAL

Viral! Aksi ‘Julurkan Lidah’ Ririn Farabi Paslon no.1 di Debat Perdana Pilkada Depok 2024

Published

on

FEM Indonesia, Depok – Debat Pilkada Depok 2024 yang digelar pada Minggu malam (03/11/2024) menjadi sorotan warga, khususnya di kota Depok.

Pasalnya, ketika pasangan calon (Paslon) nomor urut 01, Imam Budi Hartono – Ririn Farabi Arafiq, dan Paslon nomor urut 02, Supian Suri – Chandra Rahmansyah, saling adu gagasan mengenai solusi atas permasalahan kota.

Paslon Supian – Chandra terlihat lebih menguasai materi dalam sesi debat, sementara Paslon Imam – Ririn beberapa kali tampak memberikan jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan.

Hal ini membuat Paslon nomor 02 menyebut pasangan lawan mereka jaka sembung alias tidak nyambung.

Namun, aksi tak terduga dari Ririn Farabi Arafiq menjadi pusat perhatian. Saat Paslon Supian – Chandra sedang memaparkan program Universal Health Coverage (UHC), Ririn terlihat menjulurkan lidah atau “melet” ke arah kamera, yang langsung menuai kritikan tajam dari netizen yang menilai gerakan tersebut kurang sopan.

Kritik pedas juga disampaikan netizen yang mempertanyakan etika Ririn sebagai seorang dokter.

Beberapa netizen menilai Ririn terkesan sombong dan merasa paling pintar, sementara yang lain mengomentari bahwa Ririn dan pasangannya terlihat berbicara saat Paslon Supian-Chandra sedang menyampaikan argumen mereka.

Momen ini menjadi viral di media sosial, dengan banyak warga Depok mempertanyakan sikap dan perilaku Paslon Imam-Ririn selama debat berlangsung.

Continue Reading

NASIONAL

Ngopi Pagi, Kementrian Kebudayaan jadi Harapan Baru Insan Film Indonesia

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, terus menggeber program kerjanya. Terbaru, kementerian ini mengundang insan film di Tanah Air pada Senin, (4/11/24).

Dalam diskusi Ngopi Pagi, Menteri Fadli Zon, menyampaikan apresiasi dan  pandangannya mengenai perkembangan industri film lokal, dan dukungan pemerintah untuk memajukan sektor ini. 

Menurutnya, sektor perfilman memang memiliki peluang besar dalam industri kreatif bagi republik Indonesia dan kancah internasional.

“Saya mendengar dari waktu ke waktu film Indonesia semakin banyak pemirsa, dan semakin tinggi apresiasinya. Tentu saya mengapresiasi insan perfilman yang menggerakkan semua itu,” ujar Fadli Zon kepada awak media usai diskusi di Kementrian Kebudayaan Lantai 3, Jakarta.

Menurutnya, industri perfilman Indonesia menunjukkan progresivitas, terlihat dari jumlah penonton film lokal yang terus meningkat hingga mencapai 61 juta lebih hingga September 2024 berdasarkan data Badan Perfilman Indonesia.

Kendati begitu, dengan beragamnya kebudayaan di Tanah Air, Fadli berharap para sineas bisa lebih dalam untuk mengeksplorasi peluang tersebut. Salah satunya dari segi narasi dan pendekatan visual yang diejawantahkan ke berbagai bentuk film, baik dokumenter, serial, atau feature.

“Sebagai penikmat film, mungkin yang perlu diperkuat di industri perfilman kita adalah bagaimana cerita dan skenarionya dikemas. Kalau dari segi penyutradaraan dan produser sudah sangat mumpuni,” ungkapnya.

Seiring meningkatnya antusiasme masyarakat, Fadli berharap industri perfilman bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sekaligus memanfaatkannya sebagai produk diplomasi budaya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memfasilitasi para sineas dalam mengaktualisasikan gagasan tersebut.

Ke depannya, Fadli harap film-film karya sineas lokal bisa memenangkan ajang bergengsi di dunia sehingga industri ini bisa lebih ekspansif. “Saya melihat ini adalah tantangan ke depan untuk menghasilkan satu tingkat estetika yang tinggi dari dunia perfilman, bahkan penghargaan-penghargaan di kancah internasional,” lanjutnya.

Fadli menambahkan bahwa potensi cerita dari nusantara, termasuk cerita- cerita fiksi-kreatif dan yang mengandung nilai-nilai budaya, perlu lebih dieksplorasi. “Ke depan, kita berharap film Indonesia bisa mendapatkan penghargaan seperti Academy Awards, karena kita memiliki kekayaan cerita dan imajinasi yang kuat,” jelasnya.

Sementara Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha yang mendampingi mengatakan, pentingnya distribusi film yang lebih merata ke berbagai daerah di Tanah Air. Selain itu, terkait adanya sejumlah film sineas yang dibajak, pihaknya juga akan berkomunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk segera diberantas.

“Terkait layar bioskop, jumlahnya memang masih kurang, Kita di pemerintah sebagai fasilitator, juga sedang menjajaki itu dan mencari solusinya. Kalau sudah tahu jumlah ideal dan kurangnya berapa kita bisa cari investor, dan yang lain untuk menambah,” katanya. 

Kegiatan Menteri Kebudayan Fadli Zon terkait penguatan ekosistem perfilman Tanah Air juga dihadiri sejumlah insan perfilman seperti Hanung Bramantyo, Evry Joe dan banyak lagi. 

Evry Joe mengatakan dalam sesi curhatanya kepada sang Menteri bahwa perfilman Indonesia harus mandiri di dalam negeri. Ia juga bangga dengan gebrakan yang dilakukan oleh Kementrian Kebudayaan yang dipimpin Fadli Zon.

“Ini gebrakan yang baru dengan mengumpulkan semua asosiasi dan stekholder perfilman untul diskusi sambil ngopi bareng dan kalau biaa ini harus terus dilaksanakan. Disini keluhan keluhan dari insan film itu tercapai. Dan selama ini ngga pernah tercapai kita insan film punya keluhan seperti layar film yang kurang, jadual film yang susah dan banyak lagi jadi disini peran pemerintah itu penting harus hadir,” papar Evry.

Evry sebagai produser dan aktor ingin pemerintah ingin mengelola ini semua tentang dunia perfilman dengan baik. “Ini ada era yang baru bahwa di Kepemimpinan Bapak Prabowo ada Kementrian khusus kebudayaan yang konsen bisa memikirkan seni dan budaya serta film di Indonesia,” pungkas Evry.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending