Connect with us

Sosial Budaya

Perempuan yang Belajar, Dunia yang Berubah

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Bayangkan sebuah dunia di mana setiap perempuan memiliki akses yang setara terhadap pendidikan bukan sekadar untuk membaca dan menulis, tetapi untuk memahami dunia dan tempatnya di dalamnya. 

Di tengah sistem patriarki yang masih mengakar, pendidikan bagi perempuan bukan hanya bentuk keadilan, melainkan alat untuk membongkar ketimpangan, membuka potensi, dan menyalakan revolusi sunyi yang mengubah wajah peradaban.

Begitulah kiranya yang diungkapkan oleh mahasiswi cantik dari Kota Citayem Jawa Barat, bernama Salsa Aninda Priansyah. Salsa yang masih mengenyam pendidikan di Unindra Jakarta pun memberikan penjelasanya dibawah ini seputar dunia pendidikan dan perempuaj.

Pendidikan Perempuan, Mengubah Peradaban

Perempuan yang diberi ruang untuk belajar akan mengubah wajah dunia karena pendidikan adalah awal dari segala kemungkinan. Pendidikan bukan hanya sebuah hak, tetapi juga merupakan kunci utama dalam membangun perubahan sosial pada suatu bangsa.

Namun, masih banyak perempuan yang menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan yang layak akibat berbagai faktor, seperti kendala ekonomi, norma budaya patriarki yang membatasi, serta minimnya fasilitas pendidikan yang mendukung. Jika kita ingin membentuk masyarakat yang lebih maju dan berkeadilan, maka memastikan akses pendidikan bagi perempuan adalah langkah yang tidak bisa diabaikan.

Kenapa Pendidikan Perempuan Itu Penting?

Ketika perempuan mendapatkan akses pendidikan yang layak, dampaknya melampaui kehidupan pribadi mereka. Perempuan berpendidikan lebih cenderung memiliki pekerjaan yang layak, berkontribusi terhadap ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Lebih dari itu, ibu yang berpendidikan akan lebih memahami pentingnya kesehatan, pola asuh yang baik, dan gizi anak-anak mereka. Pendidikan perempuan juga terbukti dapat menurunkan angka pernikahan dini dan kekerasan berbasis gender.

“Mendidik satu perempuan berarti mendidik satu generasi.”

Menurut data UNESCO (2023), lebih dari 129 juta anak perempuan di seluruh dunia tidak bersekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Padahal, setiap tahun tambahan pendidikan dapat meningkatkan penghasilan perempuan sebesar 10–20%. Ini bukan hanya tentang hak, melainkan tentang keberlangsungan pembangunan sosial.

Hambatan yang Masih Ada

Meski manfaatnya sangat besar, jalan menuju pendidikan perempuan masih terjal. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama: dalam keluarga yang kekurangan, anak laki-laki sering diutamakan untuk sekolah, sedangkan perempuan diarahkan pada pekerjaan domestik. Pandangan seperti “perempuan cukup di rumah saja” masih kuat mengakar dalam banyak budaya.

Norma patriarki menempatkan perempuan pada posisi sekunder, membatasi pilihan hidup mereka sejak dini. Banyak anak perempuan yang dipaksa menikah muda, kehilangan akses pendidikan, dan masuk ke dalam siklus ketergantungan yang panjang. Selain itu, keterbatasan fasilitas pendidikan yang aman dan ramah bagi perempuan juga menjadi tantangan. 

Tidak semua sekolah menyediakan toilet yang layak, ruang belajar yang nyaman, atau perlindungan dari kekerasan verbal dan fisik yang bisa membuat anak perempuan kehilangan kepercayaan diri.

Meruntuhkan Patriarki Lewat Pendidikan

Sistem patriarki bukan hanya hadir dalam keluarga atau budaya, tapi juga dalam sistem pendidikan itu sendiri dari kurikulum yang bias gender hingga akses yang tidak merata. Pendidikan yang adil bukan sekadar mengubah hidup perempuan, tapi meruntuhkan struktur lama yang menindas secara halus.

Ketika perempuan belajar, mereka mulai memutus rantai ketimpangan. Mereka menjadi pengambil keputusan dalam rumah tangga, komunitas, bahkan dalam ruang-ruang kebijakan.

Membangun Dunia yang Lebih Setara

Untuk mewujudkan dunia yang adil dan setara, seluruh elemen masyarakat perlu terlibat aktif dalam membuka akses pendidikan bagi perempuan. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam memastikan anak perempuan tetap bersekolah tanpa terbebani oleh konstruksi budaya yang membatasi.

Pemerintah pun harus hadir secara nyata dengan menyediakan beasiswa, fasilitas pendidikan yang aman, dan lingkungan belajar yang ramah perempuan. Di sisi lain, masyarakat perlu membongkar norma-norma patriarki yang selama ini menghambat perempuan untuk bermimpi dan bertumbuh.

Pendidikan bukan hanya tentang membuka buku, tapi tentang membuka jalan. Dan ketika jalan itu terbuka bagi perempuan, dunia pun ikut melangkah lebih maju.

NASIONAL

Reuni Silaturrrahmi Akbar “Setengah Abad Aneuk Lhoks92” Digelar 22 November di Banda Aceh

Published

on

FEM Indonesia, Banda Aceh – Perhelatan reuni akbar bertajuk “Setengah Abad Aneuk Lhoks92” akan digelar pada 22 November 2025 di Kota Banda Aceh. Acara ini menjadi momentum bersejarah bagi para alumni SMP dan SMA se-Lhokseumawe lulusan tahun 1992 yang kini telah memasuki usia setengah abad.

Ketua Panitia, Iskandar, menyampaikan bahwa persiapan tengah dimatangkan bersama para alumni yang berdomisili di Banda Aceh. “Kami yakin acara ini akan menjadi salah satu pertemuan terbesar dan penuh kenangan dalam hidup para alumni,” ujar Iskandar, yang kini bertugas sebagai ASN di Pemerintah Provinsi Aceh.

Bendahara sekaligus juru kampanye acara, Emil, menambahkan bahwa reuni ini bukan hanya ajang temu kangen, melainkan juga wadah melepas rindu akan kampung halaman. “Kami berharap alumni yang berada di luar kota dapat menyempatkan hadir,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal panitia, Nazlianti, menilai acara ini akan mempererat solidaritas setelah 33 tahun para alumni menempuh jalan hidup masing-masing. “Inilah saatnya kita kembali bersama,” katanya.

Akan Dihadiri Ribuan Alumni

Reuni akbar ini diperkirakan akan dihadiri lebih dari 1.000 alumni dari berbagai sekolah di Lhokseumawe, antara lain SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Taman Siswa, SMA Muhammadiyah, SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, serta sekolah sederajat lainnya.

Meski telah lama berpisah, semangat kebersamaan para alumni tetap terjalin lewat berbagai grup media sosial seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp. “Dulu, selain kumpul di sekolah, kami juga sering nongkrong di Warkop Jasbret yang legendaris. Kenangan itu masih kuat hingga kini,” kenang Darmawan, mantan Ketua OSIS SMPN 1 Lhokseumawe yang kini menjabat Sekjen Pramuka Aceh.

Hal senada disampaikan Benny Iskandar, Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Kota Medan. Ia menuturkan, meski sempat terpisah karena kuliah di berbagai kota, silaturahmi tetap terjaga. “Selama ini kita hanya bertemu sekilas saat liburan atau saat ada yang berkunjung ke Medan dan Lhokseumawe. Reuni ini akan jadi momen besar untuk berkumpul kembali,” ujarnya.

Harapan dan Dukungan

Ketua Alumni SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Teuku Zulfian (Popon), menekankan pentingnya momen ini sebagai ajang komunikasi antargenerasi alumni. “Jarang ada pertemuan sebesar ini. Apalagi sekarang usia kita sudah menginjak setengah abad. Ini momen langka,” ucapnya.

Sementara itu, Said Fauzan, Ketua Yayasan Leuser Indonesia (YLI) yang kini berdomisili di Jakarta, optimis reuni ini bisa memperluas jejaring kebaikan antaralumni. Dukungan juga datang dari sejumlah tokoh, seperti Oscar Talakua (mantan Ketua OSIS SMAN 1 Lhokseumawe), T. Zulhairi (ASN Provinsi Aceh), hingga Lusi Novianti, seorang dokter di Jambi.

Dewan Pembina reuni, Muhammad Nasir, yang kini menjabat Sekda Provinsi Aceh, menegaskan pentingnya sinergi semua pihak. “Alumni Lhoks92 merupakan aset generasi Aceh. Semoga reuni ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus kontribusi sosial yang bermanfaat bagi alumni maupun masyarakat luas,” pungkasnya.

Continue Reading

Sosial Budaya

Usai Dibakar Massa, Halte Senen Diresmikan dengan Nama Baru: Halte Jaga Jakarta

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Halte Transjakarta Senen Sentral resmi berganti nama menjadi Halte Jaga Jakarta. Peresmian nama baru sekaligus pengoperasian kembali halte tersebut dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, Senin (8/9/2025).

Halte ini sebelumnya mengalami kerusakan parah setelah dibakar massa dalam kericuhan aksi unjuk rasa pekan lalu. Meski sudah diperbaiki, sejumlah sisa bekas kebakaran masih terlihat di sekitar halte. Namun, kondisi tersebut tidak mengganggu operasional layanan Transjakarta.

“Pada hari ini saya meresmikan apa yang disebut dengan halte baru, yaitu yang dulunya dinamakan Senen Sentral, Halte Transjakarta menjadi Jaga Jakarta,” ujar Pramono.

Alasan Pergantian Nama

Pramono menjelaskan, pergantian nama halte tersebut dimaksudkan sebagai ajakan moral bagi masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas umum. Menurutnya, menjaga Jakarta bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tanggung jawab bersama.

“Supaya kejadian ini tidak terulang kembali, maka saya bersama jajaran memutuskan untuk merubah Halte Senen Sentral ini menjadi Halte Jaga Jakarta,” tegasnya.

Gotong Royong Warga

Dalam kesempatan itu, Pramono juga menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang turut peduli dan bergotong royong memperbaiki fasilitas publik yang rusak akibat kerusuhan. Ia menyebut solidaritas warga menjadi salah satu kunci cepatnya pemulihan halte-halte yang terdampak.

Politikus PDIP itu pun bersyukur seluruh halte Transjakarta yang sempat rusak berat kini sudah kembali beroperasi normal.

Lima Halte Rusak Berat

Berdasarkan catatan PT Transjakarta, ada lima halte yang mengalami kerusakan serius akibat aksi massa, di antaranya:
• Halte Senayan Bank Jakarta
• Halte Polda
• Halte Bundaran Senayan
• Dua halte di kawasan Senen

Pramono memastikan, seluruh perbaikan halte yang rusak berat rampung tidak lebih dari tujuh hari.

“Hari ini seluruh aktivitas transportasi di Jakarta sudah normal. Termasuk halte yang ada di Polda Metro Jaya, Mandiri, Istora, dan semuanya sudah kembali beroperasi. Tarif juga sudah normal kembali. Mudah-mudahan kehidupan masyarakat Jakarta segera pulih sepenuhnya,” pungkasnya. [foto dok istagramfansbusway]

Continue Reading

Ragam

Tim Muhibah Angklung Bandung, Sukses Tebar Pesona di Melbourne, Australia

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Harmoni bambu menggema di jantung kota Melbourne ketika Tim Muhibah Angklung asal Bandung tampil memukau dalam Festival Kuliner dan Kerajinan Nusantara “Taste of Indonesia” yang digelar Indonesian Culinary Association of Victoria (ICAV) pada 30–31 Agustus 2025 di Victoria Market, Australia.

Acara tahunan ini menjadi ruang promosi kuliner, kerajinan, dan budaya Indonesia sekaligus mempererat hubungan masyarakat Indonesia dengan komunitas multikultural Australia. Hadir dalam kesempatan tersebut Konsul Jenderal RI di Melbourne, Yohanes Jatmiko Heru Prasetyo, tokoh masyarakat, perwakilan komunitas, hingga anggota parlemen Australia Tom Macintosh.

“Ini privilege bagi kami bisa tampil di Taste of Indonesia. Kehadiran kami bukan hanya memberikan taste lewat makanan, tetapi juga melalui musik, nyanyian, dan tarian. Kami ingin menambah experience bagi pengunjung,” ujar Maulana M. Syuhada, founder sekaligus pembina Tim Muhibah Angklung.

Duta Budaya Muda Indonesia

Bukan sekadar kelompok musik, Tim Muhibah Angklung menjadi duta budaya yang membawa semangat pemuda Indonesia. Rangkaian tur budaya mereka di Australia berlangsung 19 Agustus – 9 September 2025, mencakup Brisbane, Sydney, Melbourne, Canberra, dan kembali ke Brisbane untuk tampil di Grand Opening Brisbane Festival, salah satu ajang musik terbesar di Australia.

Sejak berdiri pada 2015, mereka telah enam kali melakukan misi budaya ke luar negeri, antara lain ke Eropa (2016 & 2018), Australia (2018), Amerika Serikat (2022), serta Mediterania & Timur Tengah (2024). “Kami konsisten memperkenalkan angklung sebagai warisan budaya dunia UNESCO, simbol harmoni dan kebersamaan bangsa Indonesia,” tegas Maulana.

Apresiasi Tinggi

Konsul Jenderal RI di Melbourne, Yohanes Jatmiko Heru Prasetyo, memberi apresiasi khusus: “ICAV memang festival kuliner, tetapi budaya selalu menjadi bagian penting di dalamnya. Angklung menjadikan pengalaman lebih istimewa karena dipadukan dengan tarian, lagu daerah, dan internasional. Performancenya sangat bagus dan perfect. Sukses selalu untuk Tim Muhibah Angklung.”

Sementara itu, Lia Tanamas, pengurus ICAV, menyebut kehadiran tim ini membuat festival semakin meriah. “Pengunjung duduk menikmati penampilan dari Muhibah, menambah semarak event kami,” katanya.

Perluasan Panggung

Selain di ICAV, Tim Muhibah Angklung juga tampil di IndoUnity Fest 2025 yang digelar oleh LPDP University of Melbourne Association (LUnA) pada 30 Agustus. Aksi panggung terbuka ini menjangkau audiens lebih luas dengan latar etnis beragam, sehingga nuansa Indonesia kian terasa di ruang publik Melbourne.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending