Connect with us

Selebriti

R.A. Kartini, Kata Velline Chu Simbol Emansipasi Wanita Indonesia

Published

on

FEM Indonesia – Memaknai hari Kartini, pedangdut Velline Chue sebagai seorang wanita Indonesia, mengatakan bahwa Pahlawan Kartini adalah = simbol emansipasi wanita Indonesia.

“Jaman dulu wanita Indonesia kan dilarang sama pemerintah pada masa itu bekerja dan melakukan pekerjaan laki-laki. Salah satunya sekolah dan bekerja. Pokoknya wanita jaman dulu sangat tidak bisa bergerak bebas dan dipingit,” ungkap Velline Chu dikutip dari Nagaswara News, Rabu (21/4/2021).

Semangat Kartini memperjuangkan emansipasi wanita juga menjadi semangat buat Velline dan juga wanita Indonesia lainnya. Dengan adanya emansipasi, wanita Indonesia katanya bisa berkarir dan setara dengan kaum pria.

“Meski sebagai ibu rumah tangga dengan perjuangan ibu Kartini sekarang bisa bekerja untuk membantu suami misalnya,’ lanjut Velline mencontohkan hasil perjuangan ibu Kartini.

Velline juga salut dengan perjuangan ibu Kartini dalam mewujudkan hak-hak wanita. Begitu juga dengan karya buku yang beliau tulis yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang’.

“Sebagai seorang Kartini, Velline tetap berjuang tetap semangat juga tetap menjaga norma norma sebagai bangsa Indonesia adat kejawaan khususnya. Intinya saling menghargai wanita dengan pria. Pokoknya Indonesia banget, semangat terus untuk wanita Indonesia, selamat Hari Kartini,” pungkas Velline.

Music

“Sehari Bersama” Penyanyi Senior Ratih Purwasih, Balena : Orangnya Asyik Diajak Ngobrol!

Published

on

By

FEM Indonesia – Penyanyi Balena dipercaya menjadi host program “Sehari Bersama” yang tayang di TVRI sejak tanggal 15 Maret 2024 lalu. Program yang mewawancarai artis dan tokoh ternama itu tayang setiap Jumat, pukul 09.00 Wib di TVRI Nasional.

“Pada edisi kemarin tanggal 22 Maret 2024 tayang program acara ‘Sehari Bersama’ dengan artis Ratih Purwasih. Sebagai host aku ngobrol asyik sama penyanyi senior Ratih Purwasih. Orangnya asyik dan enak diajak ngobrol,” ungkap Balena, Rabu (27/3/2024).

Konsep acara “Sehari Bersama” tidak hanya artis-artis sebagai bintang tamu, namun sejumlah tokoh sukses juga menjadi narasumber acara ini. Balena sebagai host ditemani Genda Ahmad yang juga mendampinginya sebagai co-host.

Penyanyi Balena

“Kita tanya-tanya soal keseharian Ratih Purwasih di era sekarang. Apalagi beliau penyanyi yang lagunya sempat hits seperti ‘Kau Tercipta Bukan Untukku’ yang banyak dicover penyanyi-penyanyi era sekarang,” ujar Balena.

Penyanyi era tahun 80 an ini banyak menelurkan single hits. Balena sangat kagum dengan prestasi musik adik dari Endang S Taurina tersebut. Apalagi banyak penghargaan yang sudah diraih wanita kelahiran Cilegon 1 April 1965 itu.

“Pokoknya acara ‘Sehari Bersama’ seru dengan bintang tamu orang terkenal yang asyik diajak ngobrol serta berbagi pengalaman mereka hingga sukses. Saksikan ‘Sehari Bersama’ tiap hari Jumat pukul 09.00 WIB di TVRI Nasional,” pungkas wanita kelahiran Sukabumi, 27 Mei 1987 itu. [bois]

Continue Reading

Selebriti

25 Tahun Berkarir, Aktris Dian Sastrowardoyo Ungkap Belajar Akting Secara Otodidak

Published

on

FEM IndonesiaAktris Dian Sastrowardoyo tidak bisa dilepaskan dari sejarah perfilman Indonesia Modern. Diawali dengan film pertamanya, Bintang Jatuh garapan sutradara Rudi Soedjarwo tahun 2000, publik menyaksikan perjalanan kariernya di layar lebar dan layar kaca. 

Wajahnya merupakan kesegaran dan masa depan yang menjanjikan bagi industri film Indonesia ketika ia kemudian membintangi Pasir Berbisik yang disutradarai oleh Garin Nugroho tahun 2001, kemudian diikuti dengan Ada Apa Dengan Cinta? yang diproduksi oleh Miles dan disutradarai oleh Rudi Soedjarwo di tahun 2002.

Setelah lebih dari 20 film kemudian, Dian mengungkap bahwa setiap produksi film memberinya pembelajaran yang berbeda-beda. Setiap karya meninggalkan kesan tersendiri bagi perkembangan karakter pribadinya, serta memberi inspirasi untuk melakukan sesuatu yang lebih besar lagi.

“Saat film Pasir Berbisik dibuat, saya masih sangat muda. Proses syutingnya benar-benar sebuah penggojlokan luar biasa bagi seseorang yang baru berusia 18 tahun, terjun ke lokasi terpencil yang sangat alami, bersama lawan main senior yang namanya sudah ‘besar’. Di situ saya belajar menjadi seorang aktor, dan melihat bahwa proses pembuatan film butuh kerja keras dan dedikasi. Saya harus meninggalkan kehidupan sehari-hari dan diri saya sendiri, untuk kemudian pasrah kepada karakter yang saya perankan,” ujar Dian, baru-baru ini di Jakarta.

Kesuksesan film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang menyusul setelahnya kemudian menjadi anak panah yang melejitkan popularitasnya. “Booming-nya film AADC membuat hidup saya berubah total. Saya mulai menyadari bahwa hidup saya sudah menjadi ‘milik’ publik. Kami semua yang terlibat di film ini, mulai dari pemain hingga produser, sebenarnya tidak begitu siap menghadapi kesuksesan sebesar itu. Saya akhirnya menyadari bahwa menjadi public persona adalah pelajaran yang tidak mudah. Saya bersyukur bisa melewati semuanya dengan baik-baik saja,” ungkap Dian.

Namun, film Kartini lah yang kemudian memberinya inspirasi untuk mewujudkan cita-cita besar dalam hidupnya, yaitu mendirikan Yayasan Dian Sastrowardoyo dan program Beasiswa Dian. “Lewat film Kartini saya jadi belajar tentang my own goal. Waktu masuk ke dunia film dan entertainment sebenarnya tujuan saya adalah untuk sekolah. Terinspirasi dari kisah hidup dan karakter Kartini, saya jadi berpikir, mungkin bukan jalan saya untuk punya sekolah, tapi justru membuka jalan bagi orang-orang lain untuk bisa sekolah,” ujar Dian. 

Baginya, program Beasiswa Dian adalah proyek yang sangat personal dan cukup ambisius. “Tapi saya yakin bahwa saya sedang memperjuangkan sesuatu yang punya makna, and it gives my work more meaning,” jelas Dian.

Jika Dian diminta menyebutkan prioritas dalam hidupnya, pendidikan pastilah jadi salah satu yang utama. Pendidikan seperti sebuah pegangan baginya untuk menajamkan pemikiran dan mewujudkan ide-idenya yang tidak pernah habis. Ia bahkan sempat mengambil sekolah penyutradaraan dan penulisan naskah, dan berniat untuk menjalani sekolah seni peran. Untuk apa seorang aktor, yang telah mendapatkan Piala Citra dan berbagai penghargaan sebagai aktor terbaik, belajar seni peran lagi?

“Saya belajar menjadi aktor secara otodidak, tanpa menjalani pendidikan formal. Tapi jika nanti saya sudah menjadi aktor senior dengan banyak pengalaman, dan saya ingin give back, membimbing dan mengajar generasi yang baru, saya ingin melakukannya dengan cara eligible (memenuhi syarat). Untuk itu tentunya diperlukan dasar ilmu yang benar. Apa yang diberikan sekolah formal, ditambah dengan pengalam kita sendiri, akan memperkaya ilmu yang dibagikan. Dan saya ingin menjadi pengajar yang bisa mempertanggungjawabkan materi yang saya ajarkan,” ujar Dian.

Pembelajaran dalam kariernya ini juga ternyata tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal. Dian sangat terinspirasi dan tidak sungkan untuk belajar dari sesama pekerja film, baik produser, sutradara, kru, maupun sesama aktor yang dikaguminya. “Menurut saya, kalau kita ingin karya kita makin bagus, kita harus belajar dan mau membuka diri terhadap teman-teman yang menginspirasi kita untuk maju. Kalau kita tidak bergaul dan punya hubungan yang baik dengan semuanya, kita tidak bisa saling belajar satu sama lain, dan kolaborasi tidak akan terjadi.”

Di balik kegigihan dan ketekunannya dalam berkarier sebagai aktor, Dian Sastrowardoyo juga mempunyai visi yang lebih luas bagi perfilman Indonesia, tidak hanya dalam bermain seni peran namun dalam memproduksi sebuah film. Selama masa pandemi, Dian Sastrowardoyo mengambil kursus-kursus online untuk menjadi seorang director. “Kayaknya saya ingin belajar memproduksi film dan main film seperti Charlize Theron dan Margot Robbie. This is the year that I finally went taking that leap of faith,” kata Dian Sastrowardoyo

Sejalan dengan peringatan Hari Film Nasional, dan penerbitan edisi khusus ini, Harper’s Bazaar Indonesia mempersembahkan “A Tribute to Indonesian Cinema Celebrating 25 Years of Dian Sastrowardoyo” yang digelar pada 22 Maret 2024 di La Moda, Plaza Indonesia. 

Rangkaian acara inspirasional ini dihadiri ratusan tamu dari berbagai kalangan, diisi dengan buka puasa yang hangat dan sharing moment bersama Dian Sastrowardoyo.

Continue Reading

Selebriti

Bisa Menginjak Kakinya di Palestina, Faank Vokalis Band Wali : Trenyuh Menangis!

Published

on

FEM Indonesia Faank vokalis band Wali mengaku sebagai salah satu orang yang sangat beruntung mendapat kesempatan mengunjungi tanah Palestina, belum lama ini. Faank bahkan ke daerah yang tengah diinvasi Israel itu sebagai “tour leader” dengan sejumlah jamaah lainnya.

Berada di salah satu negeri para nabi itu, Faank berkali-kali mengucap syukur. Saat berbagi ceritanya di channel YouTube Buya Yahya, vokalis Wali itu sempat menahan tangis. Apa sebenarnya yang membuat Faank tersentuh dengan Palestina?

“Waktu berangkat ke Palestina, saya didaulat jadi tour leader, itu ya Allah deg degan-nya luar biasa. Karena satu, saya belum menguasai medan Palestina. Tiba-tiba saya harus berangkat, guide-nya bilang malam ini kamu harus jalan ke Masjidil Al Aqsa karena besok Subuh saya tidak bisa mengantarkannya,” beber Fank.

Faank dan para jamaah pada akhirnya bisa menyambangi Masjidil Al Aqsa yang menjadi salah satu dari tiga mesjid mulia umat Islam. Selain melihat bagian-bagin penting dari sejarah Islam, Faank juga berhadapan dengan barikade Israel.

“Saya lihat sepanjang jalan ada dinding tinggi sekali. Itu pembatas antara orang Palestina dan Israel. Ini orang Palestina nggak bisa masuk. Dalam hati ya Allah sedih banget. Mereka hanya untuk pergi ke Aqso sampai berdarah-darah perjuangannya,” ungkap pemilik nama lengkap Farhan Zainal Muttaqin.

Kenyataan yang dilihat Faank itu membuat ia banyak mengelus dada dan berdoa untuk saudaranya seiman di tanah Palestina. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan Israel di Masjidil Al Aqso dan beberapa tempat bersejarah Islam lainnya, membuat warga Palestina benar-benar menderita.

“Mereka (orang Palestina) pengin sholat di Masjidil Al Aqso saja sebegitu susahnya. Sampai guide kami yang orang Palestina itu bilang; ‘Kenapa kalian melupakan kami. Sementara kalian rajin umroh, datang ke Mekkah datang ke Madinah. Mengunjungi Masjidil Haram, mengunjungi Masjid Nabawi, kenapa Aqso tidak kalian kunjungi?’,” ucap Faank dengan suara sedih.

Sebagai muslim sekaligus jebolan pesantren dan sekolah tinggi ilmu agama Islam, Fank dan rekan-rekanya di Wali band diketahui sangat menaruh perhatian terhadap nasib bangsa Palestina. Berkali-kali Wali tampil dalam acara konser amal untuk Palestina. Februari 2024 lalu, Wali bersama sejumlah musisi lain juga tampil dalam acara konser amal Palestina di kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Di kota yang sama tahun 2015 lalu, Faank diketahui melelang cincinnya yang laku terjual Rp 14 juta untuk disumbangkan ke Palestina. [afifyufril]

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending