Movie & TV
Film Bayang-Bayang Anak Jahanam Kisahkan Cinta Ibu ke Anak Terhalang Ancaman Kekuatan Jahat

FEM Indonesia, Jakarta – Memasuki tahun 2025, ada teror dan ancaman yang mengintai dari seorang anak yang lahir dari sebuah sekte misterius di hutan belantara. Meski dibesarkan dengan kasih sayang dan cinta oleh kedua orangtuanya, sang anak itu selalu datang membawa ancaman yang mengancam nyawa dan petaka bagi orang-orang di sekitarnya.
Kisah horor yang dibalut dengan drama antara cinta seorang ibu dan anaknya itu akan hadir dalam film terbaru Anami Films, “Bayang-Bayang Anak Jahanam” yang dibintangi oleh Taskya Namya dan Ali Fikri. Film ini memberikan konflik batin tentang cinta ibu terhadap sang anak, meski si anak tersebut memiliki kondisi yang tak diinginkan oleh dunia.
“Bayang-Bayang Anak Jahanam” berkisah tentang keluarga Gina (Taskya Namya) dan Gani (Rizky Hanggono), orangtua Agni (Ali Fikry) yang berubah drastis ketika mereka mengetahui bahwa putra mereka adalah seorang anak yang mendapatkan energinya dari hal-hal yang tidak diketahui. Agni mulai menakuti semua orang di sekitarnya saat mereka mencoba mencari tahu apa yang mungkin telah memengaruhi Agni hingga menyebabkan kekacauan. Seiring waktu, terungkap bahwa Agni bukanlah anak biasa. Dia adalah Anak Jahanam.

Selain Taskya Namya, Rizky Hanggono, dan Ali Fikry, film “Bayang-Bayang Anak Jahanam” juga dibintangi oleh Maryam Supraba, Ruth Marini, Adlu Fahrezy, dan almarhum Yayu Unru. Menjadikan film ini sebagai bagian dari legasi Yayu Unru, salah satu aktor terbaik yang dimiliki perfilman Indonesia. Film ini juga memiliki peran penting dalam perjalanan keaktoran Taskya Namya yang kini juga dikenal banyak membintangi film horor dan banyak yang sukses yang telah ia tuai.
“Ketika memerankan Gina, sebagai ibu yang tengah hamil dan akhirnya memiliki seorang anak, aku punya tantangan tersendiri. “Bayang-Bayang Anak Jahanam” secara linimasa adalah film horor pertamaku, yang sebelumnya lebih banyak berperan di film-film drama. Jika berkaca dengan posisiku saat ini yang lekat dengan horor, itu karena aku banyak belajar di film ini, bersama para kru-kru yang berkualitas di film ini,” kata Taskya Namya.
Film “Bayang-Bayang Anak Jahanam” juga menampilkan adegan-adegan ekstrem seperti mobil yang jatuh dari tebing hingga adegan ledakan di karnaval malam serta minimarket. Di samping itu, film ini juga menghadirkan ritual sekte dengan semua anggotanya adalah perempuan hamil di sebuah hutan, memberikan dimensi berbeda pada genre horor Indonesia.
Hal ini menunjukkan kualitas desain produksi filmnya digarap secara maksimal dan matang dari tangan para kru yang berkualitas dan telah terbukti rekam jejaknya.
Produser “Bayang-Bayang Anak Jahanam” Dilip Chugani mengatakan, melalui film ini Anami Films ingin menghadirkan horor yang memiliki nuansa ngeri namun sekaligus menyentuh level emosi mendalam dengan menghadirkan konflik antara cinta seorang ibu terhadap anaknya yang menjadi antagonis oleh semua orang.
“Secara cerita, film ini membawa sesuatu yang menarik dengan menggabungkan unsur horor dan drama. Secara premis sederhananya, bagaimana jika anak kita itu benar-benar anak jahanam? Apakah misalnya sebagai orangtua atau ibu, kita mau menyanyangi dan dekat dengannya? Kami juga ingin mencapai level maksimal dengan mendorong secara produksinya dilakukan oleh para talenta yang
berkualitas di bidangnya. Sehingga secara kualitas, bukan saja terletak pada ceritanya saja, atau aktornya, tetapi juga desain produksi hingga keseluruhan film untuk menciptakan film horor yang memberikan perbedaan di perfilman Indonesia,” kata produser “Bayang-Bayang Anak Jahanam” Dilip Chugani.
Sebelumnya, Dilip Chugani juga turut memproduseri film Bollywood “Hotel Mumbai” yang diakui secara kritis dan mendapat respons positif dari penonton. Bersama Anami Films, Dilip Chugani memproduseri film “Bayang-Bayang Anak Jahanam” bersama Prakash Chugani, Deepak Chugani, dan Sanjeev Bhalla.
Para sineas yang turut terlibat di film ini di antaranya adalah Pemenang Piala Citra FFI untuk Scoring Orisinal Terbaik Abel Hurray, Peraih Piala Citra FFI untuk Skenario Adaptasi Terbaik Rahabi Mandra, dan Pemenang 4 Piala Citra FFI untuk Pengarah Sinematografi Terbaik Yudi Datau.
Disutradarai oleh A.R.M, film ini akan menjadi teror bayangan kelam penonton Indonesia pada tahun baru 2025 dan akan tayang mulai 16 Januari 2025 di bioskop Indonesia.
Kuliner
Chef Juna dan Fine Tastes Hadirkan Keajaiban Cengkeh Manado di Film “A (C)love Story” dan Menu Eksklusif

FEM Indonesia, Jakarta – Sebuah kolaborasi unik antara dunia kuliner dan sinematografi resmi hadir lewat film pendek berdurasi lima menit berjudul “A (C)love Story”, yang mengangkat pesona cengkeh Manado sebagai rempah istimewa kebanggaan Indonesia.
Film ini merupakan persembahan dari A Fusion of Fine Tastes dan Mata Karanjang bekerja sama dengan Gastronusa, yang menampilkan narasi puitis, visual sinematik, serta dialog inspiratif dari dua chef ternama Chef Juna Rorimpandey dan Chef Jovan Koraag-Kambey. Keduanya membagikan kisah personal, sejarah, serta perjalanan panjang cengkeh Manado hingga menjadi elemen penting dalam karya kuliner modern mereka.
“A (C)love Story” dapat disaksikan secara eksklusif melalui kanal YouTube dan Instagram resmi Gastronusa, memberikan pengalaman audio-visual yang hangat dan mengundang rasa bangga terhadap kekayaan rempah Indonesia.
Dari Layar ke Meja: Menu Eksklusif Bertema Cengkeh
Tidak hanya menonton, publik juga diajak untuk mencicipi langsung pengalaman kuliner bertema cengkeh di restoran Mata Karanjang, yang berlokasi di Wijaya dan WTC Sudirman.
Selama Oktober hingga November 2025, restoran ini menyajikan deretan hidangan spesial yang terinspirasi dari film, seperti: Wagyu Ribs Cengkeh Broth sup iga wagyu dengan kaldu cengkeh yang aromatik dan menenangkan, Cengkeh Glazed Bluefin Tuna – tuna premium berpadu glasur manis pedas cengkeh, Smoked Pineapple Cengkeh Sorbet – pencuci mulut segar dengan aroma smokey dan rempah, Saraba Cengkeh Ginger Mocktail minuman hangat menyegarkan khas Indonesia Timur.
Pemutaran Perdana dan Diskusi Fine Tastes
Sebagai puncak perayaan, An Afternoon with Fine Tastes digelar pada 4 Oktober 2025 di Solo Ristorante, WTC 3 Sudirman. Acara ini menghadirkan pemutaran perdana film “A (C)love Story” serta sesi Insight Talk bersama para chef.
Dalam diskusi tersebut, Chef Juna menegaskan pentingnya mengangkat bahan-bahan terbaik dari Indonesia.
“Fine taste itu adalah ingredients terbaik Indonesia yang kita highlight siang ini: cengkeh Manado. Dengan keunikan dan kekhasannya, kita bisa menghadirkan berbagai karya yang extraordinary,” ujar Chef Juna.
Acara kemudian ditutup dengan makan siang multisensori, memadukan keindahan visual, rasa, dan aroma yang menggugah selera dalam satu pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
Cengkeh Manado: Simbol Cinta dan Kebanggaan Nusantara
Melalui “A (C)love Story”, Chef Juna dan tim Fine Tastes ingin menunjukkan bahwa cengkeh bukan sekadar rempah, melainkan warisan budaya dan simbol cinta Indonesia terhadap kekayaan alamnya.
Penonton dan pecinta kuliner diajak untuk menyelami kisah rempah dari tanah Manado yang kini mendapatkan panggung modern dalam bentuk film, diskusi, dan hidangan eksklusif yang memanjakan seluruh indera.
Film “A (C)love Story” kini dapat disaksikan di kanal Gastronusa, sementara menu-menu eksklusifnya bisa dinikmati di Mata Karanjang Wijaya dan WTC Sudirman sepanjang Oktober hingga November 2025.
Movie & TV
“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat

FEM Indonesia, Jakarta – Salah satu perubahan untuk memperbaiki diri lantaran terjerat kasus korupsi. Karena itu film Jembatan Shiratal Mustaqim dapat dijadikan sebagai media muhasabah bagi pelaku korupsi. Begitu harapan selebritas Angelina Sondakh, usai nonton bareng di salah satu bioskop di Jakarta Selatan belum lama ini.
“Mudah-mudahan film ini tervisualisasikan dengan baik dan sesungguhnya ketakutan atas Jembatan Shiratal Mustaqim inilah, yang membuat saya harus memperbaiki diri, mendekatkan diri pada agama dan alhamdulillah,” ujarnya.
Selain itu, fim buatan Dee Company yang disutradarai Bounty Umbara ini juga dapat membuka mata semua pihak agar tidak terjerat tindakan korupsi.
“Film ini harusnya membuka mata hati bukan hanya untuk pejabat tapi juga masyarakat luas. Korupsi mungkin memberi kesenangan sementara tapi pada akhirnya akan berbalik ke kita. Semoga pesan film ini bisa sampai ke seluruh pelosok negeri,” tambahnya.
Pasalnya, kata janda almarhum Adjie Massaid, jika terbukti melakukan korupsi maka waktu kebersamaan dengan orang-orang tercinta bakal hilang sehingga momen penting pun terlewat tanpa dapat diulang.
“Putusan saya 12 tahun penjara, salah satunya adalah menghukum atau memberikan hukuman yang tinggi agar ada efek jera dan Indonesia diharapkan bebas korupsi. Tapi 10 tahun saya menjalani masa pidana di dalam penjara, ada sedikit kesedihan, karena ternyata korupsi bukan makin sedikit namun malah makin banyak, makin masif dan threatnya itu luar biasa, seakan-akan masyarakat kita permisif aksi-aksi korupsi. Mungkin ketutup dengan hedon, dengan gaya hidup dan lupa bahwa nantinya akan ada Shiratal Mustaqim,” urainya.
Sementara produser Jembatan Shiratal Mustaqim, Dheeraj Kalwani mengatakan bila film tersebut bukan sekedar horor semata namun pula horor mengenai keadilan.
“Di dunia, koruptor bisa sembunyi di balik jabatan tapi di akhirat tidak ada lobi, tidak ada kompromi. Semua dosa akan terbuka,” terangnya.
Film yang menyajikan kisah tentang keadilan Tuhan atas perbuatan manusia, khususnya para koruptor yang selama hidupnya menumpuk kekayaan dengan merampas hak public ini tampil apik lantaran menvisualisasikan dengan CGI yang dikerjakan selama satu tahun penuh. Juga menggambarkan perjalanan para koruptor di Padang Mahsyar yang harus melewati Jembatan Shiratal Mustaqim dengan api neraka mengintai di bawahnya.
Hadir pula pemeran pendukung lain film yang siap tayang 9 Oktober 2025 ini antara lain Imelda Therrine, Agus Kuncoro, Raihan Khan, Mike Lucock, Rory Ashari dan Eduward Manalu. [foto : dokumentasi/teks : denim]
Movie & TV
Lembaga Sensor Film Ajak Mahasiswa UNAS Jakarta Lakukan Sensor Mandiri

FEM Indonesia, Jakarta – Komitmen Lembaga Sensor Film atau LSF untuk menggaungkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GN BSM) yakni gerakan memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia terus digenjot terutama pada kalangan mahasiswa melalui kampanye LSF Goes to Campus.
Terbaru, kampus Universitas Nasional Jakarta (UNAS) menjadi tujuan sosialiasi GN BSM. Di depan lebih kurang 1.200 mahasiswa baru, Ketua LSF RI, Dr. Naswardi, M.M, M.E mengatakan menyampaikan LSF untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang saat ini sedang mengalami kenaikan produksi film secara signifikan.
“LSF berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk film dan iklan film yang ada di masyarakat. LSF juga konsisten melakukan sosialisasi tentang penggolongan usia yang dapat dijadikan panduan bagi penton film untuk memilih film yang akan ditonton sehingga menjadi tontonan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua Sub Komisi Sosialisasi LSF RI, Titin Setiawati, S.IP, M.IKom menyatakan masyarakat selayaknya mengetahui penggolongan usia sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih film yang akan ditonton.
“Penggolongan usia film adalah hal yang harus diketahui oleh masyarakat untuk dijadikan panduan dalam menentukan film yang akan ditonton. Dengan mengikuti penggolongan usia yang telah ditetapkan oleh LSF, film yang akan ditonton akan menjadi film yang sesuai dengan penonton dan memiliki kontribusi positif sesuai dengan tingkat kedewasaan penonton,” terang mantan wartawan infotainmen ini.
Dalam LSF Goes to Campus tersebut hadir pula penulis scenario film Jangan Panggil Mama Kafir, Lina Nurmalina, sutradara film Yakin Nikah, Pritagita, pelakon Tubagus Ali dan Ben Jeffye serta pedangdut, Hari Putra. [foto : dokumentasi/teks : denim]
-
Movie & TV7 days ago
“Jembatan Shiratal Mustaqim”, Film Epik Balasan Binasa Pelaku Korupsi di Akhirat
-
NASIONAL6 days ago
Depok Memanas, Sandy Bongkar Dugaan Pemerasan Eks Ketua LSM Kapok, Kasno Lapor Polisi
-
NASIONAL6 days ago
Kemdiktisaintek Dorong Kolaborasi RSPTN Menuju Rumah Sakit Bertaraf Internasional
-
NASIONAL6 days ago
Hadiri Pengukuhan PWI Pusat 2025-2030, Ini Pesan Menkomdigi