Connect with us

Movie & TV

Jadi Debut Produksi, Narasi Semesta Hadirkan Film Romance Religi “Pantaskah Aku Berhijab”

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta – Film layar lebar romance berjudul “Pantaskah Aku Behijab” menggelar pemutaran perdananya bersama awak media pada hari Rabu, 13 November 2024, di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan.

Film yang disutradarai Hadrah Daeng Ratu ini dibintangi artis muda, Nadya Arina dan Bryan Domani dan menjadi sebuah film yang mengikuti kisah hidup Sofi (Nadya Arina) yang tidak sempurna, dalam upayanya memaafkan diri dan menemukan teman hidup yang sempurna. 

Diproduseri oleh Deni Saputra, “Pantaskah Aku Berhijab” menjadi debut film bagi rumah produksi Narasi Semesta. Selain Nadya Arina dan Bryan Domani, film ini juga dibintangi sejumlah aktor berbakat seperti Dhini Aminarti, Nadzira Shafa, Indra Birowo, Tike Priatna, Hifdzi Khoir, Cakrawala Airawan, Azkya Mahira, Najla Sulistyo, Daffa Wardhana, dan Shareefa Daanish.

Film yang akan tayang pada 21 November 2024 nanti, menceritakan anak wanita hidup tanpa figur seorang ayah, membuat langkah hidup Sofi tersesat. Terjebak dalam hubungan yang toksik dan harus menghadapi kenyataan pahit, yaitu kehamilan yang tidak diinginkan hingga membuat kariernya hancur berantakan. Tapi, ia harus tetap berjuang untuk dirinya sendiri juga Ibu dan adik-adiknya. Bagaimana akhirnya Sofi menemukan kebahagiaannya dan keluarganya?.

Film drama romance “Pantaskah Aku Berhijab” akan membawa emosi yang campur aduk. Konflik Sofi dengan mantan pacarnya, ketidakhadiran sosok ayah di hidupnya, serta kehamilannya, membuatnya menjalani hidup dalam masa muda yang begitu berat.

Semua kerumitan dan masalah dalam hidupnya, membuat Sofi ingin menyerah. Namun, kehadiran Aqsa (Bryan Domani), sebagai teman sejati Sofi mampu menjadi support system terbaiknya, sehingga Sofi mampu melanjutkan hidupnya meski harus melalui berbagai proses penerimaan diri yang begitu panjang.

“Hidup itu tidak pernah ada yang sempurna. Apa yang membuat kita bisa bertahan dari ketidaksempurnaan itu adalah berdamai dengan diri sendiri, memaafkan diri dan memaafkan semua yang telah terjadi. Melalui film ini saya ingin menyampaikan, bagaimana perjalanan seseorang bisa berdamai dengan hidupnya yang tidak sempurna. Orang di sekitarnya, adalah support system terbaik untuk bisa melanjutkan hidup,” papar Hadrah Daeng Ratu.

Hadrah menuturkan, baginya “Pantaskah Aku Berhijab” adalah film yang secara sempurna menggambarkan seperti apa teman hidup yang sebenarnya. Dia yang bisa menerima jeleknya, baiknya, jatuh dan bangun, semuanya. “Karakter itulah yang ada dalam diri Aqsa, sebagai teman hidup Sofi. Bahkan keduanya sampai bikin sesuatu bareng untuk bisa bertahan hidup,” ungkapnya. 

Film “Pantaskah Aku Berhijab” menjadi perjalanan spiritual yang berbeda. Bahwa menemukan tangan Tuhan, juga bisa didapat melalui pengalaman dan perjalanan hidup. Lewat film ini, Bryan Domani yang memerankan Aqsa, mengambil pelajaran tentang nilai kesabaran dan keikhlasan.

“Meski ceritanya berat tapi tidak depressing, tetap manis dan semua ansambel di sini berperan dengan sangat baik. “Pantaskah Aku Berhijab” juga memberikan kita refleksi bahwa semua itu ada waktunya. Tinggal sabar dan ikhlas. Terkadang, apa yang kita pikir itu terbaik untuk kita, belum tentu itu yang terbaik,” kata Bryan Domani.

Movie & TV

Film “Perang Kota”, Kisah Cinta Segitiga Terbakar Revolusi di Jakarta

Published

on

FEM Indonesia, Jakarta — Setelah world premiere (pemutaran perdana) di International Film Festival Rotterdam pada Februari tahun ini, film perang-drama dari sutradara Mouly Surya, “Perang Kota” (judul internasional “This City Is A Battlefield”) akan segera tayang di Indonesia pada 30 April 2025 di bioskop. 

Menyambut penayangannya, film yang diproduksi bersama Cinesurya, Starvision dan Kaninga Pictures ini merilis official poster keduanya, yang menampilkan tiga tokoh utama film, Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia. Dalam official poster kedua “Perang Kota”, Ariel Tatum berdiri di depan dua laki-laki tersebut. Dengan Jerome Kurnia yang tengah duduk berada di tengah, dan Chicco Jerikho berdiri di paling belakang dengan membawa biola kesayangannya. 

Potret ketiganya berada di salah satu sudut rumah yang didiami Chicco Jerikho dan Ariel Tatum, sekaligus tempat biasanya rencana-rencana perlawanan terhadap penjajah dilancarkan. Official poster “Perang Kota” menunjukkan sebuah petunjuk tentang intrik besar yang akan terjadi di antara ketiga bintang tersebut.

Film “Perang Kota” merupakan adaptasi bebas novel karya Mochtar Lubis “Jalan Tak Ada Ujung”, mengambil latar Jakarta pada tahun 1946 di masa Sekutu datang ke Indonesia diboncengi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Di tengah krisis itu, cinta dan perselingkuhan hadir. 

Guru ISA (Chicco Jerikho), pahlawan perang yang bermasalah di ranjang perkawinannya, dipercayakan misi menghabisi petinggi kolonial Belanda dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, bersama sahabatnya HAZIL (Jerome Kurnia), pemuda tampan dan bersemangat tinggi, yang diam-diam mencuri hati FATIMAH (Ariel Tatum), istri Isa.

Penulis dan sutradara “Perang Kota” Mouly Surya mengatakan film ini mengeksplorasi latar sejarah yang kelam pada tahun 1946. Ketika semua orang memekik kata “Merdeka!” sebagai bentuk ekspresi kemerdekaan bangsa, ada kota yang masih bergejolak dengan perlawanan terhadap penjajah yang tidak menampakkan sebuah kebebasan negara yang sudah merdeka.

Pemimpin negara dan banyak masyarakat lainnya meninggalkan ibu kota, dan garis antara benar dan salah menjadi kabur. “Tokoh Isa kehilangan banyak hal yang membentuk perannya sebagai laki-laki baikdalam situasi perang dan kehidupan domestik rumah tangganya, baik di ranjang pernikahannya bersama Fatimah maupun sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Nilaiheroisme Isa menjadi tekanan yang berkelindan di antara pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk memberi makan keluarga. Inilah yang dieksplorasi, dengan karakter-karakter pendukung lainnya seperti seperti Fatimah, seseorang yang bersemangat untuk berjuang, tetapi terpaksa menyerah pada tugasnya sebagai ibu dan istri,” kata sutradara “Perang Kota” Mouly Surya.

Film “Perang Kota” dibintangi oleh Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, Rukman Rosadi, Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, Dea Panendra, dan lain-lain. Menjadi ko-produksi antara Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja, film ini diproduksi oleh Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures. Dan menjadi ko-produksi bersama Giraffe Pictures, Volya Films, Shasha & Co. Production, DuoFilm AS, Epicmedia, Qun Films, dan Kongchak Pictures.

Film “Perang Kota” diproduseri oleh Chand Parwez Servia, Fauzan Zidni, Tutut Kolopaking, dan diproduksi oleh Rama Adi. Film ini juga turut diko-produseri produser Indonesia dan internasional, di antaranya Anthony Chen, Tan Si En, Denis Vaslin, Fleur Knopperts, Isabelle Glachant, Ingrid Lill Høgtun, Marie Fuglestein Lægreid, Linda Bolstad Strønen, Bianca Balbuena, Bradley Liew, Axel Hadiningrat, Giovanni Rahmadeva, Siera Tamihardja, dan Loy Te.

Produser Chand Parwez Servia dari Starvision mengatakan film “Perang Kota” menjadi sebuah film yang bukan sekadar film sejarah, melainkan juga menjadi cermin bagi generasi muda saat ini “Film “Perang Kota” akan menghadirkan suasana perang, drama cinta dan pengkhianatan yang intens, emosional, dan sinematik. Menjadikan film ini punya nilai yang akan menjadi cerminan bagi generasi muda saat ini, lewat drama revolusi yang berbeda, kata Chand Parwez Servia.

Selain menjadi film penutup IFFR 2025, film panjang kelima Mouly Surya ini juga akan rilis secara komersial pada 17 April mendatang di Belanda. Chicco Jerikho, yang memerankan Isa, seorang yang menghadapi pergulatan pada perjuangan bangsa dan permasalahan rumah tangganya, mengungkapkan memerankan Isa adalah perjalanan yang penuh tantangan.

“Isa adalah karakter yang unik untuk dieksplorasi. Bagaimana ia menghadapi krisis sebagai laki-laki, sekaligus juga menghidupkan cita-citanya untuk berjuang atas nama bangsa Indonesia. Peran ini membawa saya ke dalam dimensi yang kompleks dalam suatu konflik yang menguji keberanian, idealisme, dan cinta,” kata Chicco Jerikho.

“Saya merasa tertarik untuk menampilkan dimensi Fatimah di film ini, dengan pendekatan dari Mouly Surya yang menempatkannya bukan sebagai perempuan yang harus disalahkan. Fatimah juga ditunjukkan sebagai sosok perempuan yang memilikihasrat tinggi untuk ikut berjuang. Ini adalah sudut pandang yang jarang diberikan di perfilman dan societykita,” kata Ariel Tatum.

Jerome Kurnia, yang menjadi aktor pertama yang ikut bergabung sejak awal proyek film ini merasa tersanjung diberikan kepercayaan oleh Mouly Surya untuk memerankan Hazil. Film “Perang Kota” sekaligus menjadi film berlatar sejarah keduanya.

“Saat pertama kali Mouly Surya datang ke saya dan memberikan peran Hazil, itu adalah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan. Bahkan ketika itu saya menerima tawaran ini ketika belum ada naskahnya. Namun, saya percaya dengan visi Mouly untuk menunjukkan sebuah masa Indonesia pasca kemerdekaan dari sudut pandang lain, tentang sejarah yang belum diceritakan di layar perfilman kita,” tutup Jerome Kurnia.

Continue Reading

Movie & TV

Film ‘Penjagal Iblis : Dosa Turunan’, Horor Aksi yang Menguji Iman dan Logika

Published

on

By

FEM Indonesia, Jakarta – Dunia perfilman Indonesia kembali mendapatkan angin segar dengan hadirnya film horor terbaru yang berjudul Penjagal Iblis: Dosa Turunan. Film ini merupakan hasil kolaborasi dari Screenplay Films, Rapi Films, dan IFI Sinema, yang disutradarai oleh Tommy Dewo.

Penjagal Iblis Dosa Turunan menawarkan konsep yang unik dan penuh dengan teka-teki, yang siap untuk menguji logika dan iman para penontonnya. Film ini direncanakan akan tayang di bioskop pada tanggal 30 April 2025.

Film ini akan menampilkan pertarungan yang sengit antara Ningrum (Satine Zaneta) dan Pakunjara (Niken Anjani), yang berujung pada serangkaian kasus pembunuhan berantai yang menargetkan para pemuka agama. Daru (Marthino Lio), seorang wartawan, terjebak dalam misteri ini saat ia melakukan investigasi.

Trailer resmi film ini memperlihatkan adegan mencekam, di mana sebuah keluarga dibunuh secara sadis saat melakukan ruqyah. Ningrum, pelaku pembunuhan, mengaku sebagai Penjagal Iblis yang bertugas membasmi makhluk jahat yang dibangkitkan oleh Pakunjara.

Ketegangan semakin meningkat saat Ningrum berhadapan langsung dengan Pakunjara dalam pertempuran supranatural yang spektakuler. Daru, yang awalnya hanya seorang pengamat, harus ikut terlibat dalam perlawanan ini.

Produser Wicky V. Olindo menegaskan bahwa film ini bukan hanya sekadar film horor biasa, tetapi juga menawarkan elemen aksi yang jarang ditemui di genre ini. Bayangkan Satine Zaneta membawa golok menebas-nebas iblis, berhadapan langsung dengan Niken Anjani yang memiliki kekuatan supranatural, bisa terbang, dan melakukan berbagai sihir. Ini adalah pengalaman menonton yang benar-benar harus dirasakan di layar lebar,” ujarnya.

Sutradara Tommy Dewo menambahkan bahwa Penjagal Iblis Dosa Turunan akan membawa elemen investigasi ke dalam dunia supranatural, menciptakan ketegangan yang belum pernah ada sebelumnya dalam film horor Indonesia. “Kami menggali mitos, kutukan, dan ritual yang belum banyak diketahui. Dengan riset mendalam tentang mitologi lokal, ilmu hitam, dan fenomena mistis di Indonesia, film ini menghadirkan suasana yang lebih realistis dan mencekam,” ungkapnya.

Satine Zaneta, yang berperan sebagai Ningrum, menyatakan bahwa karakternya sangat berbeda dari stereotip perempuan dalam film horor Indonesia. “Ningrum adalah karakter yang kompleks. Dia tidak hanya harus menghadapi bahaya fisik, tetapi juga rahasia gelap yang mengancam jiwanya,” kata Satine. artwork dok. official poster penjagal iblis

Continue Reading

Movie & TV

Ngerih! Luna Maya Mandi Darah di Film Horor ‘Gundik’

Published

on

By

FEM Indonesia, Jakarta  – Aktris cantik Luna Maya menghadapi tantangan baru dalam karier aktingnya dengan memerankan sosok Gundik dalam film terbaru garapan sutradara Anggy Umbara.

Salah satu adegan yang paling menantang bagi Luna Maya adalah adegan mandi darah, yang merupakan bagian dari cerita film. “Saya harus mandi darah. Itu bagian dari cerita. Rasanya menantang,” terang Luna.

Luna Maya juga mengungkapkan kesulitan dalam memerankan karakter Gundik, yang memiliki pola pikir ekstrem dan bertentangan dengan norma.

“Jadi memang kesulitannya itu membuat si karakter ini berpikir dan bertindak ekstrem itu karena bertentangan dengan norma, jadi itu yang harus kita singkirkan dan berusaha masuk ke situ, itu nggak gampang,” jelasnya.

Film Gundik tidak hanya menampilkan Luna Maya, tetapi juga aktor dan aktris ternama lainnya seperti Maxime Bouttier, Agus Kuncoro, dan Tyo Pakusadewo. Anggy Umbara ingin mengajak penonton untuk menebak makna tersembunyi dalam setiap adegan film, melalui penggunaan semiotika.

Film ini mengisahkan tentang aksi perampokan yang berujung pada terungkapnya kekuatan gaib seorang Gundik, yang diperankan oleh Luna Maya. foto dok. ig@filmgundik

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Trending