Movie & TV
Tembus 3 Juta Penonton, Film “JUMBO” Jadi Animasi Kebanggaan Asia Tenggara

FEM Indonesia, Jakarta — Film animasi “JUMBO” terus mencetak rekor baru! Setelah melewati angka 2 juta penonton dalam 11 hari, kini “JUMBO” telah dirayakan oleh 3 juta penonton Indonesia dalam waktu dua pekan tayang di bioskop sejak Lebaran!
Meski libur sekolah telah usai, tampaknya antusiasme penonton dan keluarga Indonesia tak pernah surut untuk ramai-ramai datang ke bioskop. Meski sudah memasuki hari kerja dan masuk sekolah, “JUMBO” masih bisa meraih penonton tinggi. Puncaknya, pada akhir pekan ini menjadi momen bagi film animasi “JUMBO” melipatgandakan jumlah penonton hingga ke titik tertingginya saat ini.
Pada momen kembali masuk sekolah, justru memantik gelombang nonton bareng dari para siswa, wali murid, dan guru. Hal ini menjadi gerakan yang terus menghidupkan napas panjang “JUMBO” di bioskop. Sejak tayang di bioskop pada Lebaran, film “JUMBO” telah menyatukan keluarga Indonesia dengan ceritanya yang hangat dan relevan.
Di samping itu, torehan 3 juta penonton juga membuktikan kekuatan cerita dan kualitas animasi film “JUMBO” sebagai tonggak sejarah industri animasi Indonesia yang masih terus bertumbuh.
“Ini adalah perasaan yang belum pernah saya rasakan dan perasaan yang tak tergantikan. Perjalanan saya bersama para kreator selama lima tahun dan kini dicintai oleh banyak keluarga Indonesia. Ketika karya saya menggerakkan orang untuk membuat karya mereka sendiri sebagai respons terhadap karya saya, itulah kepuasan terbesar. Semoga “JUMBO” memiliki makna untuk keluarga Indonesia dan akan lebih banyak mimpi yang terwujud setelah “JUMBO”.” kata penulis dan sutradara “JUMBO” Ryan Adriandhy.
“Kami percaya, cerita yang dibuat dengan tulus dan beresonansi dengan apa yang dirindukan oleh penonton akan selalu menemukan jalannya ke hati penonton. Lebih dari lima tahun lalu kami menanam kepercayaan, harapan, impian dan berproses bersama ratusan kreator lokal dan hari ini, lebih dari 3 juta orang telah membuka hati untuk film JUMBO. Film ini kami buat bukan hanya untuk menghibur, tapi untuk menemani, memeluk, dan mungkin membantu kita membuka ruang diskusi bersama keluarga dan anak-anak dalam diri kita. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini.” tambah produser “JUMBO” Anggia Kharisma.
Dukungan Animasi Asia Tenggara
Dukungan dan apresiasi tak hanya datang dari dalam negeri. Film animasi “JUMBO” juga menjadi kebanggaan bagi industri animasi Asia tenggara. Salah satunya apresiasi dan dukungan datang dari animasi asal Malaysia. Akun sosial media “Boboiboy” dan “Papa Pipi” juga turut mendukung “JUMBO” dan menyatakan menjadi barisan “Buzzer JUMBO Gratisan”.
“Monsta dukung penuh “JUMBO”! Terus maju filem AnimaSEA — jom support karya animasi kita!” Kata akun X resmi @BoboiBoy. “Ada iras Kebenaran? Maka Papa Zola dukung Jumbo jadi anak murid baru!” Twit akun X resmi @papapipizola_.
Mendatang, film animasi “JUMBO” direncanakan akan tayang di regional Asia Tenggara di antaranya di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Selain itu, “JUMBO” juga akan didistribusikan ke lebih dari 17 negara di kawasan Eropa dan Asia Tengah.
Movie & TV
Film “Perang Kota”, Sajikan Cinta, Perjuangan, Pengkhianatan di Medan Tempur dan di Ranjang

FEM Indonesia, Jakarta — Sebuah karya terbaru dari penulis dan sutradara peraih 2 Piala Citra untuk Sutradara Terbaik FFI Mouly Surya, “Perang Kota” akan tayang mulai 30 April 2025 di seluruh bioskop Indonesia!
Film persembahan Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures dari adaptasi “Jalan Tak Ada Ujung” karya Mochtar Lubis ini akan menghadirkan kisah cinta segitiga di tengah kekacauan perang di kota Jakarta pada tahun 1946. Mempertaruhkan cinta dan perjuangan yang diselimuti pengkhianatan.
Mouly Surya akan membawa penonton ke mesin waktu saat Jakarta kembali diinvasi oleh Belanda pada 1946, di tengah kekacauan kota yang mulai ditinggalkan oleh warga dan pemimpinnya. Ada perjuangan gerilya dari para anak muda yang mempertaruhkan nyawa dan harga dirinya agar bangsa Indonesia yang baru saja merdeka tak lagi jatuh ke tangan penjajah.
“Perang Kota” menyajikan interpretasi kontemporer untuk memaknai nuansa vintage Jakarta dengan lanskap bangunan tuanya namun dipenuhi oleh karakter-karakter yang dinamis dengan gaya busananya yang modis. Jakarta era 40-an ditampilkan dengan kontras penuh warna dan kota yang muram, menunjukkan suasana kota yang penuh gejolak di tengah peperangan.

“Ide dasar dari film “Perang Kota” adalah saya ingin menunjukkan kehidupan orang-orang yang berada dalam masa peperangan, dalam konteks di suatu kota yang tengah berada di bawah tekanan. Dengan memberikan banyak warna, ada cinta hingga banyak gejolak yang terjadi. Gaya 1946 juga ditampilkan dengan mendesain kota Jakarta yang banyak memiliki gang-gang sempit. Ini menjadi seperti metafora, bahwa guerilla fighting itu ada di Indonesia. Pertarungan dan peperangan tak terjadi di jalan-jalan besar tapi lewat jalan-jalan kecil,” kata penulis dan sutradara “Perang Kota” Mouly Surya.
Produksi Berkelas dari Ko-Produksi Internasional
Film “Perang Kota” dibintangi oleh Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, Rukman Rosadi, Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, Dea Panendra, dan lain-lain. Menjadi ko-produksi antara Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja, film ini diproduksi oleh Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures. Dan menjadi ko-produksi bersama Giraffe Pictures, Volya Films, Shasha & Co. Production, DuoFilm AS, Epicmedia, Qun Films, dan Kongchak Pictures.
Film “Perang Kota” diproduseri oleh Chand Parwez Servia, Fauzan Zidni, Tutut Kolopaking, dan Rama Adi, serta Willawati sebagai produser eksekutif. Film ini juga turut diko-produseri produser Indonesia dan internasional, di antaranya Anthony Chen, Tan Si En, Denis Vaslin, Fleur Knopperts, Isabelle Glachant, Ingrid Lill Høgtun, Marie Fuglestein Lægreid, Linda Bolstad Strønen, Bianca Balbuena, Bradley Liew, Axel Hadiningrat, Giovanni Rahmadeva, Siera Tamihardja, dan Loy Te.
Film juga menggunakan format audio Dolby Atmos, yang akan memberikan pengalaman menonton lebih imersif dan sinema absolut. Sementara tata suara dikerjakan oleh sound designer asal Prancis Vincent Villa, di Kamboja. Vincent Villa sebelumnya juga banyak terlibat di film-film peraih penghargaan dan berkompetisi di festival film internasional. Untuk sound foley, film ini dikerjakan oleh Yellow Cab di Paris. Yellow Cab merupakan salah satu studio desainer foley terbaik di dunia, yang turut mengerjakan film pemenang 2 Piala Oscar “Emilia Perez” dan “Fight Club”.“
Ko-produksi dengan para rumah produksi dan kru internasional memberikan nilai tambah bagi film “Perang Kota”. Secara production valuejuga menjadi lebih meningkat. Ada kontribusi dengan berko-produksi bersama para kru-kru internasional dengan para kru perfilman Indonesia. Terutama untuk VFX, yang menjadikan film “Perang Kota” bisa merepresentasikan visual Jakarta 1946 menjadi lebih sempurna. Lewat kolaborasi internasional ini juga menjadi pertukaran informasi dan pengetahuan bagi sesama pekerja film kita,” ujar produser Rama Adi dari Cinesurya.
“Perang Kota” sekaligus menjadi komitmen bagi Starvision untuk mendukung film-film yang menjelajahi tema-tema yang jarang dieksplorasi oleh sineas Indonesia, sekaligus sebagai upaya memberikan keragaman genre dan tema untuk mendorong pertumbuhan industri perfilman Indonesia.
“Starvision selalu percaya dengan visi yang dibawa oleh sineas dengan daya eksplorasi terhadap penceritaan yang menawarkan perspektif baru dalam sinema Indonesia. Mouly Surya memberikan kita sebuah karya yang akan memantik kemungkinan-kemungkinan baru yang jarang diceritakan lewat film ini,” tambah produser Chand Parwez Servia dari Starvision.
“Kaninga selalu mendukung film-film dengan kisah kompleks, dan memiliki visi yang kuat; dan “Perang Kota” memiliki hal itu. Sebuah kehormatan untuk bisa kembali bekerja sama dengan Cinesurya, kali ini dengan skala produksi yang lebih besar. Semoga film ini bisa menghadirkan warna unik yang memperkaya katalog perfilman Indonesia yang kian beragam,” ujar produser eksekutif “Perang Kota” Willawati dari Kaninga Pictures.
Romansa di Tengah Perang
Chicco Jerikho, yang memerankan Isa mengungkapkan karakternya memiliki dimensi berlapis. Pada satu sisi, Isa harus menghadapi masalah impotensinya, namun di satu sisi ia juga harus tetap berjuang melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
“Isa di film ini memiliki spektrum yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang ada di bukunya. Mouly memberikan multi-dimensi untuk karakter Isa yang harus saya refleksikan di dalam film. Ia sosok yang flamboyan, pejuang, tetapi juga punya perjuangannya sendiri di rumah tangganya bersama Fatimah. Dengan sisi tragisnya yang tak ada ujungnya,” kata Chicco Jerikho.
Sementara itu, Ariel Tatum mengatakan karakter Fatimah di film ini tidak ditempatkan sebagai sepenuhnya antagonis, meski ia melakukan pengkhinatan terhadap suaminya, Isa. Fatimah harus berjuang dengan kegundahan batinnyadalam mengurus urusan domestik, juga mengurus anak yang dibawa Isa ke dalam rumah mereka.
“Di bukunya, Fatimah adalah ibu rumah tangga yang berselingkuh dengan Hazil, teman seperjuangan suaminya, Hazil. Namun Mouly memberikan sedikit transformasi di filmnya. Fatimah membawa persona sosok perempuan yang tangguh dan mewakili perempuan pada masanya. Fatimah adalah sosok yang kuat, dan keras.
Masa 1940-an tentu bukan masa yang mudah bagi perempuan, dan saya bangga Mouly menerjemahkan Fatimah sebagai sosok perempuan yang memiliki daya resiliensi tangguh di tengah perang yang berkecamuk,” kata Ariel Tatum.
Movie & TV
Film Senyum Manies Love Story, Kisah Anies Baswedan Muda Seimbangkan Urusan Hati dan Aktivis

FEM Indonesia, Jakarta – Senayan City XXI menjadi saksi perilisan poster dan trailer resmi film Senyum Manies Love Story, Senin (21/4). Film genre drama romantis saat masa muda Anies Baswedan yang kali pertama bersua isterinya, Fery Farhati tersebut akan tayang di bioskop pada 12 Juni 2025.
Sutradara film Senyum Manies Love Story, Rony Mepet mengatakan walau film ini menyuguhkan kisah romansa remaja namun tidak sama dengan film sejenis.
“Saya berharap ini film dengan genre remaja yang baru,” ujarnya.
Hal ini tanpa alasan. Menurut Rony kisah film tersebut bukan melulu mengenai asmara dan romansa remaja melainkan tentang persahabatan dan nilai keluarga yang membentuk karakter mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Setali tiga uang. Penulis skenario film Senyum Manies Love Story, Tisa TS mengaku film ini mengandung banyak pesan sehingga dapat menjadi inspirasi bagi seseorang untuk menggapai cita-citanya.
“Jadi film ini bukan hanya sekedar tontonan namun juga sebuah tuntunan,” katanya.
Di tempat yang sama, M. Fahad Haydra sebagai pemeran Anies muda, menyatakan bahwa film yang dibintanginya kali ini berbeda dengan film genre yang sama pada umumnya. Hal tersebut karena didalamnya terdapat karakter khas yang dimiliki Anies Baswedan.
“Adegan dan akting yang dilakukan tidak terlalu menguras emosi, karena karakter Pak Anies muda memang seperti itu,” jelas Fahad.
Film Senyum Manies Love Story ini menceritakan pemulaan pertemuan tidak terduga di kampus Universitas Gadjah Mada antara Anies dan Fery, dimana saat itu Anies merupakan mahasiswa baru yang aktif dan idealis, sementara Fery sosok cerdas serta berwawasan luas.
Karena latar belakang yang tidak sama, menjadikan ujian bagi keduanya. Pun dengan kedua orangtua mereka. Sehingga membuat Anies harus menyeimbangkan peran sebagai aktivis, urusan hati dan perasaannya.
Melalui film ini para penonton diajak melihat sisi lain pribadi Anies bukan hanya sebagai tokoh publik melainkan pula masa remaja pada umumnya termasuk merasakan jatuh cinta. [foto : dokumentasi/teks : denim]
Movie & TV
Film SORE: Istri dari Masa Depan Tayang 10 Juli, Tampilkan VKlip Sheila Dara sebagai Sore

FEM Indonesia, Jakarta — Setelah merilis tampilan perdana (first look) dua karakter utama dalam film drama romantis fantasi dari penulis dan sutradara Yandy Laurens, hari ini SORE: Istri dari Masa Depanmengumumkan tanggal tayang lewat sebuah klip spesial yang menampilkan karakter Sore yang diperankan oleh Sheila Dara.
Klip tersebut untuk pertama kalinya memperlihatkan Sheila Dara sebagai Sore, ia terbangun dari tidur dengan gundah. SORE: Istri dari Masa Depan akan tayang pada 10 Juli 2025 di bioskop! Setelah sukses dengan 1 Kakak 7 Ponakan yang meraih predikat blockbuster pada awal tahun 2025, kini Yandy Laurens bersama Cerita Films akan mengarungi perjalanan berikutnya melalui film SORE: Istri dari Masa Depan yang sekaligus menjadi produksi perdana Cerita Films secara mandiri.
Sebelumnya, rumah produksi yang didirikan Yandy Laurens dan Suryana Paramita tersebut berko-produksi dengan rumah produksi lain untuk merilis karya-karya film terdahulunya, salah satunya adalah Jatuh Cinta Seperti di Film-Film(2023), yang diproduksi bersama Imajinari yang dinobatkan sebagai Film Terbaik FFI 2024.
Diproduseri Suryana Paramita, SORE: Istri dari Masa Depan akan mengeksplorasi kisah cinta Jonathan dan Sore di Kroasia. Sore, menjelajahi waktu menemui Jonathan, suaminya kelak. Namun, Sore justru terjebak dalam kegelisahan. Selain Dion Wiyoko dan Sheila Dara, SORE: Istri dari Masa Depan juga dibintangi aktor Kroasia, Goran Bogdan dan Lara Nekić. Keduanya membintangi film pendek peraih nominasi Academy Awards 2025, The Man Who Could Not Remain Silent (2024).
“SORE: Istri Dari Masa Depan diproduksi di tiga negara yaitu Kroasia, Indonesia, dan Finlandia dalam waktu hampir 1 tahun produksi, karena di dalam penceritaannya dibutuhkan pergantian musim di dua negara. Berangkat dari web-series yang tayang 8 tahun lalu, kali ini SORE: Istri Dari Masa Depan hadir dalam format film dengan cerita yang lebih mendalam dan eksploratif,” ucap produser Suryana Paramita.
“Web Series Sore dibuat sebagai bentuk ekspresi sekaligus perjalanan bagaimana memahami mencintai pasangan. Joeanne, pacarku saat itu mengajarkanku banyak sekali hal tentang relasi, ia tidak hanya mencintai saya, tapi juga mencintai hubungan pra nikah kami itu bagaimana scriptnya dahulu ditulis. Delapan tahun berlalu, setelah menikahi Joeanne dan bersama membesarkan dua anak. Baru tahu saya dicintai dan mencintai tanpa syarat, ternyata sekuat itu rasanya. Hal ini yang mendorong saya mau menceritakan Sore kembali, sekali lagi. Dalam ruanggelap dan layar lebar itu, rasanya tepat sekali jika di sana kita bertemu kembali dengan Sore dan cinta tanpa syarat yang menembus waktu,” papar Yandy Laurens tentang menuangkan kisah SORE: Istri Dari Masa Depan ke dalam format film panjang.
SORE: Istri dari Masa Depan diproduksi oleh Cerita Films, SORE: Istri dari Masa Depan turut didukung oleh Melyana Tjahyadikarta, Queen Yeap, Slingshot Pictures, Imajinari, Studio Artemis, Jagartha, Trinity Entertainment Network, Dwidaya Amadeo Gemintang, dan Miles Films sebagai jajaran produser eksekutif dan kolaborator.
-
NASIONAL7 days ago
Alumni 92 IISIP Jakarta, Gelar Halal Bihalal & Kegiatan Sosial di Cafe Teras Ngerumpi
-
NASIONAL6 days ago
Hari Paskah 2025, Kapolres Depok Cek Keamanan Sejumlah Gereja
-
NASIONAL7 days ago
Puluhan Tahun Dilupakan, Belanda Depok Kembali Dihidupkan Supian Chandra
-
NASIONAL3 days ago
Perayaan Hari Kartini di Jakarta, 1.000 Perempuan & Gen Z Siap Pimpin Perubahan